EmitenNews.com - Dinasti Ferdinand Marcos kembali ke puncak kekuasaan Filipina. Ferdinand Marcos Jr, memenangkan pemilihan presiden Filipina. Bongbong, demikian ia disapa adalah putra diktator Filipina, Ferdinand Marcos, yang digulingkan pada 1986. Ayahnya digulingkan paksa dalam aksi people power, tiga dasawarsa lalu. Dan kini sang putra kembali berkuasa.


Dalam merebut kekuasaan leat Pilpres 2022 tersebut, Bongbong berpasangan dengan Sara Duterte Carpio, putri Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang pernah menyebut Bongbong "anak manja" dan "lemah". Dalam wawancaranya dengan CNN, Bongbong mengabaikan komentar Duterte tersebut dan mengatakan Duterte memang kerap meremehkan orang.


Uniknya, kendati memiliki latar belakang keluarga politikus, Bongbong mengklaim tidak ingin jadi politikus. Kepada CNN Filipina, April lalu, pria kelahiran 64 tahun itu menyebutkan, benar-benar menghindari politik. Tetapi, Bongbong yang hanya berijazah setingkat SMA itu, mengklaim masyarakat terus mendesaknya masuk ke politik sejak remaja.


Dengan hanya berbekal ijazah SMA, Bongbong berbeda dengan sang ayah, yang lulusan kampus ternama di Filipina, Universitas Filipina. Bongbong sebenarnya pernah berkuliah di Universitas Oxford, Inggris, mengambil jurusan filsafat, politik, dan ekonomi. Tetapi, kuliah di perguruan tinggi ternama itu, tidak dituntaskannya. Ia kemudian pindah ke Wharton Business School di Amerika Serikat, tetapi juga tidak sampai selesai.


Meski begitu Bongbong bukan orang baru di dunia politik. Saat sang ayah menjabat Presiden Filipina, Bongbong pernah menjadi wakil gubernur dan kemudian menjadi gubernur Provinsi Ilocos Norte, Filipina utara. Sejarah mencatat, sepanjang 1992 sampai 2016, Bongbong terpilih menjadi gubernur, anggota kongres, dan senator.


Dalam perjalanan kariernya, Bongbong dinilai tidak jago berpidato dan bertele-tele. Berbeda dengan Marcos Senior, yang dikenal sebagai orator ulung, dan politikus yang sarat pengalaman. Sayangnya, ia tergelincir menjadi diktator, yang akhirnya diturunkan paksa oleh rakyatnya.


Sekedar informasi, saat maju menjadi calon wakil presiden pada pilpres 2016, Bongbong muncul di televisi dan ditantang presenter untuk menjawab 16 pertanyaan seputar Filipina. Hasilnya, ia hanya berhasil menjawab tujuh pertanyaan.


Berbekal pengalaman pahit itu. Hal seperti itu tidak akan terjadi pada masa kampanye pilpres tahun ini. Tim kampanyenya berusaha menjauhkannya dari acara-acara TV, wawancara berat, dan debat capres. Para ajudannya tidak memberikan wartawan mendekat, dan melakukan door stop.


Satu hal, dalam berbagai sumber disebutkan, Bongbong juga akan menjadi presiden Filipina yang tidak bisa ke AS. Kemungkinan besar, ia akan ditangkap. Pasalnya, dia dan keluarganya diwajibkan membayar USD353 juta atau setara Rp5,1 triliun karena mengabaikan putusan pengadilan AS untuk membayar ganti rugi kepada korban pelanggaran HAM di Filipina.


Bongbong kerap membantah berbagai kritikan atas kediktatoran ayahnya, meski ratusan juta dolar aset keluarga, termasuk kekayaan yang disembunyikan, karya seni, perhiasan, dan properti telah ditemukan. Ketika USD600 juta atau sekitar Rp8,7 triliun harta simpanan Marcos di Bank Swiss dikembalikan ke Filipina pada 2013, sebagian digunakan untuk membayar ganti rugi kepada korban pelanggaran HAM di masa kekuasaannya.


Informasi yang ada juga menyebutkan, Bongbong pernah terkena kasus pengemplang pajak. Untuk itu, dia dihukum. Selama bertahun-tahun dia mengabaikan tagihan pajak tanah milik keluarganya senilai miliaran peso. ***