EmitenNews.com -Masuki tahun pemilu 2024, emiten produsen semen Tiga Roda PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengaku optimis mampu membukukan pertumbuhan bisnis seiring dengan suksesnya perseroan mengakuisisi Semen Grobogan.

”Kita tetap optimis di tahun depan. Apalagi ada proyek IKN dan secara pasar kita cukup kuat karena mempunyai pabrik yang tersebar di beberapa daerah dan termasuk menambah pabrik baru dari Semen Grobogan,”kata Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa, Dani Handajani di Jakarta, kemarin.

Meski optimis memandang bisnis di tahun depan, namun lanjutnya, perseroan belum akan melakukan aksi korporasi sambil menunggu hasil pemilu atau kepastian dari pemerintahan baru. Selain itu, perseroan juga mengalokasikan belanja modal tahun depan sekitar Rp1,2 triliun hingga Rp1,5 triliun atau sama dengan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini.

Disampaikannya, capex tersebut akan digunakan untuk rutinitas maintenance atau perawatan mesin pabrik dan termasuk pabrik Semen Grobogan yang belum lama diakuisisi. Kemudian, kata Dani, perseroan berkomitmen untuk menggunakan bahan bakar ramah lingkungan dalam produksi semen.

Asal tahu saja, selama ini bahan bakar batu bara menjadi sumber energi produksi semen. Kedepan akan dikurangi menjadi 80% pada 2025. Sebut saja, Semen Grobogan masih menggunakan 100%bahan bakar batu bara. Padahal di lingkungan sekitar Semen Grobogan berdiri berlimpah sumber bahan bakar yang lebih murah dibanding batu bara “Misalnya ada sekam padi dan bonggol Jagung. Jadi kami akan ganti sebagian bahan bakarnya. Pada tahap awal kami targetkan tahun 2025 sebesar 20% bahan bakar berasal dari sekam, jagung dan sampah,” tutur dia.

Rencana itu, kata dia, merupakan langkah dari target perseroan mencapai penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sebesar 25% pada tahun 2025 dan 42% pada tahun 2030.“Saat ini penggunaan bahan bakar alternatif berada di angka 17-18%,” jelas dia.

Dia menambahkan, langkah itu sebagai bentuk menekan biaya produksi karena 50%nya untuk bahan bakar. Selain itu, penggunaan bahan bakar alternatif seperti sekam padi, oil sludge, sampah perkotaan, ban bekas, serbuk gergaji, bekas kemasan dan refused derived fuel (RDF) bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim.

Perseroan telah berinvestasi lebih dari Rp1 trilun dalam 5–6 tahun terakhir untuk membangun beragam fasilitas untuk mengkonsumsi bahan bakar dan bahan baku alternatif, investasi yang dilakukan seperti pembangunan fasilitas feeding, shredder, dan mixing untuk refused-derived fuel serta investasi yang terbaru berupa hot-disc facility.