EmitenNews.com - Eagle High Plantations (BWPT) tahun depan mengalokasikan belanja modal Rp200 miliar. Dana tersebut untuk biaya penambahan pabrik, dan pengembangan land bank eksisting. Sumber belanja modal dari kas internal. 


Dengan performa operasional perusahaan makin membaik, dan harga komoditas menanjak, perseroan optimistis kas perusahaan akan membaik. ”Tidak menutup kemungkinan juga sebagian dengan bantuan perbankan,” tutur Henderi Djunaidi, Direktur Utama Eagle High Plantations. 


Berdasar rencana, tahun depan perseroan membangun pabrik di Kalimantan Timur (Kaltim). Pembangunan pabrik itu, seiring penambahan produktivitas tanaman di Kaltim. Oleh karena itu, kapasitas pabrik akan ditambah menjadi 30 metrik ton (MT) per hari. 


Per September 2022, serapan belanja modal telah mencapai sekitar Rp214 miliar. Mayoritas belanja modal untuk peremajaan alat berat. Lalu, sisanya untuk perbaikan infrastruktur, dan fasilitas untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Menciptakan lingkungan kerja lebih baik.


Tahun depan perseroan fokus pada produktivitas tanaman, dan pabrik termasuk peremajaan alat kerja. Lonjakan harga akan menunjang industri sawit secara umum. Oleh karena itu, pertumbuhan double digit akan dicapai yang berujung pada keuntungan. 


Per 30 September 2022, perseroan mencatat defisit Rp4,53 triliun, menanjak dari periode akhir tahun lalu defisit Rp4,52 triliun. Ekuitas Rp2,02 triliun, turun dari edisi akhir tahun lalu Rp2,05 triliun. Total aset Rp12,08 triliun, naik tipis dari akhir tahun lalu Rp12,04 triliun. Jumlah liabilitas Rp10,06 triliun, melejit dari posisi akhir tahun lalu Rp9,98 triliun. 


Rugi turun menjadi Rp14,02 miliar dari periode sama tahun lalu bengkak Rp1,73 triliun. Laba per saham dasar Rp0,44 dari sebelumnya Rp55,01 per lembar. Pendapatan Rp3,43 triliun, naik 61 persen dari edisi sama tahun lalu Rp2,13 triliun. Beban pokok penjualan Rp2,71 triliun, bengkak 59 persen dari periode sama tahun lalu Rp1,70 triliun. 


Laba kotor Rp724,44 miliar, menanjak 69 persen dari edisi sama tahun lalu Rp426,79 miliar. Keuntungan dari perubahan nilai wajar aset biologis Rp13,05 miliar, melesat 562 persen dari episode sama tahun lalu minus Rp2,82 miliar. Total beba usaha Rp280,39 miliar, naik dari periode sama tahun lalu Rp255,49 miliar. Itu meliputi beban penjualan Rp116,05 milar, naik dari Rp81,72 miliar. Beban umum dan administrasi Rp164,34 miliar, turun dari Rp173,77 miliar.


Laba usaha Rp457,09 miliar, menanjak 171 persen dari edisi sama tahun lalu Rp168,47 miliar. Beban lain-lain bersih Rp647,32 miliar, turun dari edisi sama tahun lalu Rp1,92 triliun. Rugi sebelum pajak Rp190,22 miliar, menipis dari edisi sama tahun lalu Rp1,75 triliun. (*)