EmitenNews.com—PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengalami kerugian saat mengangkut jamaah haji 2022, hal ini disebabkan melonjaknya harga avtur.

 

Hal tersebut seperti diungkapkan Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VIII DPR, Jakarta, Kamis (26/1/2023).

 

"Pada 2022 tahun lalu kita menentukan dalam kontrak kerja kita dengan Kementerian Agama bahwa harga avtur sebesar 84,9 sen per liter, faktanya harganya pada musim haji 112 sen per liter, jadi ada kenaikan," kata Irfan.

 

Irfan menyampaikan ini adalah konsekuensi yang harus ditanggung Garuda Indonesia untuk persoalan harga, dan kebetulan saat itu Kemenag mengajukan harga yang pada saat itu realistis.

 

"Tapi pada kenyataannya waktu kita terbang itu 112 (sen per liter)," imbuhnya.

 

Irfan memaparkan struktur cost yang disepakati oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), karena Garuda selalu diaudit dan sedang mulai proses audit untuk 2022. Jadi, Garuda tidak mungkin mengambil area yang tidak pantas. Dalam struktur biaya ini, untuk bahan bakar pesawat mencapai 41 persen sehingga perubahan harga avtur akan sangat mempengaruhi struktur biaya, kedua AC lease atau penyewaan pesawat sebesar 36 persen, baik itu yang saat ini digunakan ataupun ditambahkan di kemudian hari.

 

"Struktur cost ini yang selama kerja sama kami dengan Kemenag adalah tiket pesawat, transportasi darat, koper jamaah, insurance cover, itu kita diskusikan bagaimana menurunkan, kami juga sangat terbuka untuk membahas cost jasa kita apakah dinaikan atau diturunkan," terangnya.

 

Namun, kata Irfan, sampai hari ini Garuda belum menyampaikan harga pasti atau harga penawaran karena memang belum ada penawaran.

 

Sebagai informasi tambahan, ia menambahkan, Arab Saudi menaikan 40 persen untuk ground handling, kebaikan 35 persen untuk visa petugas selama di arab saudi, serta kenaikan 25 persen pada komponen lainnya seperti landing charge, parking charge dan passenger service charge (ABC).