EmitenNews.com - “Dukacita yang dalam atas meninggalnya Daniel Dhakidae. Kehilangan besar buat kita semua. Bung Daniel salah seorang intelektual terbaik negeri ini. Saya banyak belajar dari beliau. Teringat masa2 ngobrol dan bercanda bersama Alm Sjahrir. RIP DD.” Demikian ucapan berbelasungkawa yang disampaikan mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri melalui akun Twitternya, @ChatibBasri.

 

Daniel Dhakidae meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung. Selasa (6/4/2021) dini hari pukul 03.00 WIB, akademisi itu dilarikan ke Rumah Sakit Metropolitan Medical Center, Kuningan, Jakarta Selatan. Laus, adik Kepala Litbang Kompas tahun 1994 sampai 2006 itu, memastikan abangnya telah berpulang dengan damai dalam perawatan di RS MMC itu, pukul 07.24 WIB.

 

“Telah berpulang anggota YEF Dr. Daniel Dhakidae, pagi ini, setelah mengalami serangan jantung pukul 03.00 WIB di rumah dan dilarikan ke RS. Sudah dilakukan upaya maksimal namun Tuhan berkehendak lain. Jenazah disemayamkan di rumah duka RS. Gatot Subroto Jakarta.” Demikian info dari Laus.

 

Wakil Pemimpin Umum Kompas, Budiman Tanuredjo, mengungkapkan, kepergian Daniel Dhakidae merupakan kehilangan besar bagi media massa dan kalangan akademisi. Selama ini, Daniel dikenal sebagai akademisi yang mendalami studi media dan demokrasi, terutama terkait kekuasaan. Dia mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara dari Fakultas Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (1975), kemudian meraih Master of Arts bidang Ilmu Politik dari Cornell University (1987).

 

Daniel Dhakidae menuntaskan pendidikannya dengan meraih gelar PhD (S3) pada 1991 di bidang pemerintahan dari Department of Government, Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat. Disertasinya The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism, Political Economy of Indonesian News Industry mendapat penghargaan the Lauriston Sharp Prize dari Southeast Asian Program Cornell University. Ia dianggap memberikan sumbangan luar biasa bagi perkembangan ilmu.

 

Selain menjadi Kepala Penelitian Pengembangan (Litbang) Kompas tahun 1994-2006, pria kelahiran Toto-Wolowae, Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, 22 Agustus 1945 itu juga berkiprah sebagai redaktur majalah Prisma (1976). Lalu, Ketua Dewan Redaksi Prisma (1979-1984); dan Wakil Direktur Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan, Ekonomi dan Sosial (LP3ES, 1982-1984). Setelah pensiun dari Kompas, ia ditunjuk menjabat Kepala Ombudsman Kompas. 

 

Daniel Dhakidae tercatat sebagai salah seorang pendiri Yayasan Tifa, dan pernah duduk di Dewan Pengarah. Ia menghidupkan kembali jurnal pemikiran sosial ekonomi Prisma dan menjadi Pemimpin Redaksi (sejak 2009) merangkap Pemimpin Umum (sejak 2011). Sebagai wartawan, akademisi, sekaligus ilmuan, ia menulis sejumlah buku. Antara lain Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru (2003) dan bersama Vedi Renandi Hadiz menyunting buku bertajuk Social Science and Power in Indonesia (2005). ***