Memulai perdagangan pada awal pekan ini Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan konsolidasi. Aksi jual investor asing masih menjadi beban untuk kenaikan IHSG. Selain itu beberapa data dalam negeri juga cenderung negatif. Akan tetapi dengan redanya sentimen negatif dari luar menjadi pendorong untuk kinerja IHSG yang lebih baik. IHSG diperkirakan akan bergerak pada rentang 6.550 hingga 6.630. Pelaku pasar akan mencermati sentimen rilis data laporan keuangan yang berpotensi membawa sejumlah saham bergerak positif. IHSG pada akhir pekan lalu ditutup koreksi tipis 2,819 poin (0,04 persen) di 6.591,582. Pelemahan IHSG dipicu negatifnya pergerakan 5 sektor saham. Posisi tertinggi yang sempat dicatatkan IHSG berada di 6.624,627 dan terendah di 6.583,187. Selama sepekan asing mencatatkan penjualan bersih hingga Rp 1,53 triliun. Hal ini mencerminkan bahwa investor asing masihg terus mencatatkan penjualan bersih. Jika dihitung, asing telah mencatatkan penjualan bersih Rp 6,89 triliun sejak awal tahun. Selama sepekan IHSG berhasil rebound 1,32 persen setelah pekan sebelumnya koreksi 1,86 persen. Koreksi IHSG akhir pekan lalu turut disebabkan sentimen dari rilis data neraca perdagangan Januari 2018. Ekspor Jan 2018 USD14,46 Miliar turun 2,81 persen (MoM) namun Naik 7,86 persen (YoY) dan Impor Jan 2018 USD15,13 Miliar naik 0,26 persen (MoM) dan naik 26,44 persen (YoY). Sehingga Neraca Perdagangan Indonesia Januari 2018 defisit USD670 juta. Selain itu Bank Indonesia (BI) lagi-lagi menahan suku bunga acuan. BI 7 Days Reverse Repo Rate sekarang tetap di level 4,25 persen dan berlaku efektif pada 19 Februari 2018. Penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Wall Street berakhir menguat dimana Dow Jones Industrial Average naik tipis 0,08 persen ke 25.219,38. Indesk S&P 500 naik tipis 0,04 persen ke 2.732,22. Sedangkan Nasdaq turun 0,23 persen ke 7.239,46. Secara mingguan, tiga indeks saham utama Wall Street masih menguat. Dow Jones dan S&P naik 4,3 persen. Ini adalah kenaikan mingguan terbaik sejak 2016 dan 2013. Sentimen negatif terhadap inflasi AS mereda. Secara bulanan, inflasi AS pada Januari 2018 naik 0,5 persen dibandingkan Desember 2017. Sementara inflasi tahunan AS naik 2,1 persen dibandingkan Januari 2017. Meski begitu, data penjualan ritel AS justru turun 0,3 persen dibandingkan bulan Desember tahun lalu. Padahal, jika data tersebut positif bukan tidak mungkin nilai inflasi AS semakin meroket sehingga The Federal Reserve berpotensi menaikan suku bunga acuan AS mencapai 4 kali. Disclaimer On David Sutyanto Head of Research EKUATOR SWARNA SEKURITAS
Related News
The Fed Tembak Yield AS: Inilah 3 Aset Rupiah yang Bakal Diserbu!
Indonesia Aman dari Sudden Stop? Analisis Utang Luar Negeri Indonesia
Kontrol Biaya vs Stagnasi Pasar: Studi Kasus ICBP dan UNVR
Analisis Pricing Power ICBP vs UNVR: Siapa Jagoannya Ya?
Psikologi Smart Money: Mengapa Net Buy Asing Naik 103,44 Persen YoY?
Berapa Margin of Safety BMRI? Simak Analisisnya Yuk!





