Empat Saham Terbang Ratusan Persen Disorot BEI

Langit-langit di Main Hall Bursa Efek Indonesia.
EmitenNews.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai hari ini Senin (21/7/2025) tengah mencermati pergerakan saham empat emiten karena terjadi peningkatan harga yang tidak biasa atau Unusual Market Activity (UMA).
Empat saham yang dimaksud adalah saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET), PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA), PT Ancora Indonesia Resources Tbk. (OKAS), dan PT Arthavest Tbk. (ARTA). Keempat saham tersebut menunjukkan kenaikan harga yang tak normal.
Saham INET Seminggu terakhir naik 43,78% dari Rp185 ke Rp266. Performa setahun INET menunjukkan penguatan harga hingga 421,5% dari harga semula gocap Rp51 menjadi Rp262.
Kemudian, selanjutnya saham OKAS menorehkan hasil yang lebih tajam lagi dengan kenaikan 109,79% dalam seminggu berjalan. Ia bergerak naik dari kisar harga Rp143 ke Rp298. Selama setahun, naik 200% lebih dari Rp96 ke Rp298.
Sementara ARTA dalam seminggu mencatatkan kenaikan 27,66% di Rp3.000 dari harga sebelumnya Rp2.350. Dalam setahun hanya naik 10,29%. Namun, progres lima tahunannya menunjukkan kenaikan 780% dari harga Rp344 menjadi Rp3.000.
Sedangkan PYFA seminggu terakhir terpantau naik lebih tajam senilai 70,87% di Rp434 dari sebelumnya Rp254. Selama setahun terakhir performanya mengesankan, dengan penguatan 321,36% dari level harga Rp103 menjadi Rp434.
Bursa turut menyampaikan bahwa informasi terakhir yang diterima mengenai keempat emiten berasal dari beberapa publikasi pada tanggal 10, 16, 17, dan 18 Juli 2025. Informasi tersebut antara lain mencakup laporan bulanan registrasi pemegang efek untuk PYFA dan OKAS, serta informasi mengenai pencatatan efek saham INET, dan rencana penyampaian laporan keuangan kuartal II 2025 secara telaah terbatas oleh ARTA.
Saham PYFA, sebelumnya juga pernah menetapkan status UMA dan melakukan suspensi cooling down terhadap saham PYFA pada 1 Oktober 2024 menyusul peningkatan harga signifikan, serta UMA pada 27 September 2024 dan 2 Mei 2024 yang dipicu oleh fluktuasi harga tak wajar.
Padahal, PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA), emiten farmasi tersebut, mencatat lonjakan kerugian signifikan sepanjang kuartal I 2025.
Dalam laporan keuangan yang dirilis Rabu (26/6), rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk melonjak 110,1 persen menjadi Rp90,59 miliar, dibanding periode sama tahun sebelumnya yang masih di kisaran Rp43,10 miliar.
Yulianto Aji Sadono, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, dalam keterangannya pada Jumat (18/7), menegaskan bahwa pengumuman UMA ini tidak secara otomatis menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan pasar modal.
Related News

AgenBRILink Bukukan Volume Transaksi Rp843 Triliun dari 1,22 Juta Agen

BEI Catat Penerbitan Obligasi Tembus Rp129,2T Hingga Medio Juli 2025

Prajogo Pangestu Borong 3 Juta Saham BREN Harga Atas Pasar

Bitcoin Cetak ATH, PINTU Luncurkan Kompetisi Trading!

Unggul Indah (UNIC) Suntik Anak Usaha, Kenapa?

Harga Terus Menguat, Pengendali Tambah Kepemilikan Saham INET