EmitenNews.com - PT Garuda Indonesia (GIAA) menyodorkan rencana bisnis kepada kreditur sebagai upaya restrukturisasi utang. Termasuk pemangkasan jumlah pesawat. Garuda optimistis akan mencatat untung di masa mendatang.


”Jumlah armada lebih kecil tetapi memberi jaminan kepada lessor, Garuda akan menjadi perusahaan menguntungkan,” tutur Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia, pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Selasa (9/11).


Pemangkasan jumlah pesawat menyusul sejumlah lessor mengaku menyerah terhadap kondisi Garuda Indonesia. Oleh karena itu, grounding dilakukan. Selanjutnya, rute penerbangan juga makin terbatas. ”Tentu juga frekuensi terbang juga akan berkurang,” imbuh Irfan.


Soal PKPU, Garuda berencana menempuh mekanisme in court atau dalam pengadilan untuk penyelesaian restrukturisasi utang kepada kreditur. Opsi itu, lebih memungkinkan untuk ditempuh lantaran lebih efisien dari sisi waktu. Mekanisme itu, akan lebih memberi jaminan kepastian bagi Garuda sebagai debitur, dibanding negosiasi berjalan alot.


Mekanisme in court ditempuh melalui PKPU. Debitur akan mengajukan proposal perdamaian. Kalau proposal diterima kreditur, maka akan terjadi homologasi. Sementara jika proposal ditolak oleh kreditur, terdapat risiko pailit. ”Ya, kita jalani sesuai mekanisme yang ada,” ucapnya.


Sementara itu, Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo menyebut elemen utama rencana bisnis Garuda Indonesia salah satunya akan memangkas jumlah rute menjadi 140 rute dari 237 rute. Mengoptimalkan rute menguntungkan, akan menurunkan jumlah pesawat Garuda, dan Citilink dari 202 pesawat pada 2019 menjadi 134 dpada 2022, dan 188 pada 2026.


”Tipe pesawat juga diturunkan dari 13 jenis menjadi 7 jenis untuk penyederhanaan operasional pesawat,” tegas Tiko, sapaan akrab Kartika Wirjoatmodjo.


Lalu, melakukan negosiasi ulang kontrak sewa pesawat untuk  menyesuaikan biaya sewa pesawat dengan market rates saat ini. Meningkatkan kontribusi pendapatan kargo melalui peningkatan utilisasi belly capacity, digitalisasi operasional, meningkatkan kontribusi pendapatan ancillary melalui product unbundling, ekspansi produk ditawarkan, dan penerapan dynamic pricing strategy. (*)