EmitenNews.com—Sebagian kalangan menilai, kinerja sejumlah emiten teknologi di Tanah Air saat ini masih belum memenuhi harapan pelaku pasar. Sebut saja, kinerja PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang masih merugi Rp39,57 triliun di tahun 2022.

 

Kemudian, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang secara bisnis juga belum mencatat keuntungan, meskipun mencatatkan laba bersih Rp1,97 triliun dari kontribusi investasinya di PT Allo Bank Tbk (BBHI).

 

Begitu pun dengan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) yang pekan lalu mengumumkan laporan keuangan. Perusahaan yang dikenal dengan nama Blibli tersebut, juga mengalami rugi bersih sebesar Rp 5,5 triliun.

 

Sejumlah analis pasar modal menilai, kerugian yang dialami para emiten teknologi tersebut memang tidak bisa dihindari.

 

Kondisi itu dikarenakan, untuk membentuk ekosistem digital membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan waktu yang tidak sebentar.

 

Seperti disampaikan analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta yang mengungkapkan, bahwa untuk mencapai profitabilitas, para emiten teknologi memang membutuhkan waktu.

 

Namun, dia memprediksi, di tahun 2023 ini, saham teknologi berpotensi kembali bangkit, mengingat potensi digital economy di Indonesia masih sangat besar.

 

Ia menuturkan, jika diperhatikan, kondisi saham BELI saat ini terbilang lebih baik dibandingkan dengan saham emiten teknologi lainnya, terutama dari sisi harga saham saat ini dibandingkan pada saat Initial public offering (IPO).

 

Berbeda dengan emiten teknologi lainnya yang sumber pendanaannya banyak berasal dari venture capital, keyakinan investor dan para pelaku pasar terhadap saham BELI masih tergolong cukup stabil, salah satunya karena adanya Grup Djarum sebagai pemegang saham utama yang dipercaya terus berkomitmen untuk mendukung bisnis Blibli kedepan.