EmitenNews.com - Indeks Wall Street akhir pekan lalu anjlok signifikan. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan mengenakan tarif tambahan 100 persen untuk impor dari Tiongkok, dan kontrol ekspor perangkat lunak penting buatan AS. Kebijakan tersebut akan mulai berlaku sejak 1 November 2025. 

Itu setelah Tiongkok memperketat pembatasan ekspor mineral tanah jarang. Presiden Trump menyatakan tidak ada alasan untuk bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Perang dagang dua negara itu, dapat memicu gangguan rantai pasokan secara signifikan, terutama bagi industri teknologi, kendaraan listrik, dan pertahanan.

Pekan ini, investor akan mencermati earning season kuartal III-2025 Wall Street dengan saham-saham perbankan mulai merilis laporan keuangan. Shutdown memasuki pekan ketiga, sehingga rilis beberapa data ekonomi AS masih akan tertunda. Perhatian investor Tiongkok akan tertuju pada perdagangan, inflasi, dan aktivitas perbankan. 

Investor Eropa akan mencermati produksi industri Euro Area, inflasi, indeks sentimen ZEW Jerman, data pasar tenaga kerja, dan PDB Inggris. Di sisi lain, investor domestik akan mencermati data Foreign Direct Investment kuartal III-2025. Secara teknikal, beberapa indikator mengindikasikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG0 berpotensi melanjutkan penguatan.

Namun, adanya perkembangan terbaru dari perang dagang AS-Tiongkok diperkirakan menjadi sentimen negatif dalam jangka pendek kalau ancaman tarif Trump tersebut hanya bagian dari strategi. So, sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 13 Oktober 2025, indeks ditaksir bergerak pada kisaran 8.100-8.300.

Berdasar data itu, Phintraco Sekuritas menyarankan para investor untuk mengoleksi sejumlah saham andalan berikut. Yaitu, Bumi Serpong Damai (BSDE), Blue Bird (BIRD), Chandra Daya Investasi (CDIA), Gajah Tunggal (GJTL), Tjiwi Kimia (TKIM), dan Trimegah Bangun Persada (NCKL). (*)