EmitenNews.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turut mengambil bagian dalam mencetak generasi muda yang sehat. Dalam rangka Hari Gizi Nasional 2022 yang diperingati setiap tanggal 25 Januari, BRI mengadakan kegiatan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL)/CSR BRI Peduli Stunting berupa pemberian bantuan “Cegah Stunting itu Penting”.


Bantuan diberikan kepada 332 Posyandu/Puskesmas di beberapa wilayah di Indonesia, di antaranya adalah di Padang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, Manado dan Papua.


Khusus di Jabodetabek, bantuan cegah stunting diberikan pada 50 titik Posyandu/Puskesmas di wilayah Tangerang, Provinsi Banten. Secara simbolis, penyerahan bantuan diberikan di Posyandu Batu Jaya, Batu Ceper, Kota Tangerang, Banten pada Selasa (25/1/2022).


Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengungkapkan, bantuan yang diberikan BRI berupa paket Antropometri Kit untuk setiap Posyandu/Puskesmas dan penyaluran sembako bagi masyarakat. Setiap satu paket Antropometri Kit terdiri atas timbangan digital, pita LILA dan thermogun. Setiap penerima manfaat juga mendapat bantuan sembako dari BRI berupa beras bergizi tinggi, telor dengan protein tinggi, susu, kacang hijau, dan lainnya.


“Ini merupakan bentuk kepedulian BRI bagi generasi penerus bangsa sekaligus membantu pemerintah dalam memerangi stunting di Indonesia. Kami pastikan bantuan ini dapat tersalurkan kepada penerima dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat,” kata Aestika Oryza Gunarto.


Generasi muda adalah harapan bangsa di masa depan. Untuk mempersiapkan generasi muda berkualitas harus dimulai sejak dini. Salah satunya, dengan pemenuhan kebutuhan asupan gizi yang cukup sejak dini. Namun pada kenyataannya, pemenuhan gizi pada balita masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia.


Jumlah stunting atau anak pendek berdasarkan umur merupakan salah satu indikator kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini terutama terjadi pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan.


Meski kini angka stunting secara nasional menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari sebelumnya 27,7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021. Hasil Riskesdas mencatat, jumlah penderita stunting di Indonesia terus menurun. Tetapi langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan semua pihak. ***