EmitenNews.com — Wall Street kompak memerah pada akhir perdagangan Jumat (6/5), dipicu kekhawatiran investor bahwa The Fed kemungkinan tidak bisa menahan inflasi di tahun-tahun mendatang, dan data ekonomi Amerika Serikat yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan yang solid namun ada perlambatan pertumbuhan upah pada April.

 

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,30%, S&P 500 turun 0,5% dan Nasdaq Composite turun 1,40%. Mengutip Reuters, data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls meningkat 428.000 pekerjaan pada April, dibandingkan ekspektasi 391.000 penambahan pekerjaan, menggarisbawahi fundamental ekonomi yang kuat meskipun ada kontraksi dalam produk domestik bruto pada kuartal pertama. 

 

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P turun, dengan sektor energi mengungguli dengan kenaikan 1,5% karena harga minyak naik di tengah kekhawatiran pasokan. Saham di Asia-Pasifik tampak bersiap untuk memulai yang lebih rendah pada hari Senin karena investor menantikan rilis data perdagangan China untuk bulan April. 

 

Indeks berjangka Jepang menunjuk ke pembukaan yang lebih rendah. Saham Australia juga tampak siap untuk tergelincir. Data perdagangan China untuk bulan April muncul ketika China daratan terus memerangi wabah Covid-19 terburuknya sejak awal 2020, dengan Presiden China Xi Jinping pada hari Kamis menekankan agar negara itu tetap pada kebijakan "nol-Covid dinamis". Pasar di Hong Kong ditutup hari ini untuk liburan. 

 

IHSG ditutup menguat 32,15 poin atau 0,48% ke level 7.228,91 pada perdagangan Kamis (28/4), perdagangan terakhir bulan April. Sembilan indeks sektoral menguat, hanya sektor teknologi dan sektor infrastruktur yang melemah. Sektor dengan kenaikan tertinggi adalah sektor perindustrian dan sektor keuangan. Rupiah berada di level Rp 14.493 per dolar AS. Investor asing mencatatkan Net Foreign Buy sebesar Rp 2,42 triliun. Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah BMRI, ASII dan BBRI. Dalam sepekan, tercatat Net Foreign Buy sebesar Rp 27,65 triliun, sedangkan dalam setahun tercatat Net Foreign Buy Rp 72,16 triliun (ytd). 

 

BNI Sekuritas merekomendasikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) untuk dicermati perdagangan hari ini. 

 

Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakaria Siregar mengatakan, secara teknikal saham ADRO berada dalam trend bullish, selama di atas Rp 3.080, menunjuk- kan peluang kenaikan, stochastic bullish, MACD bullish, candle bullish 3 outside up, penutupan di atas Rp 3.218 (5 day MA).

 

“Saham ADRO direkomendasikan speculative buy dengan target Rp 3.460/Rp 3.570 dan stop loss Rp 3.190,” unar Andri dalam riset nya, Senin (9/5).

 

Trend bullish juga terlihat pada saham GOTO, selama di bawah Rp 348, menunjukkan peluang penurunan terbatas untuk next rebound, MACD stochastic oversold, candle inverted hammer, penutupan di bawah Rp 308 (5-Day MA). Andri merekomendasikan saham GOTO speculative buy dengan target Rp 282/Rp 298 dan stop loss Rp 246.