EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Selasa (25/1) akan menyongsong data hasil investasi langsung asing. Kalau investasi naik, akan berdampak positif bagi bursa. Kalau sebaliknya, pasar akan bergerak fluktuatif.


Sentimen negatif lain, IHSG akan dibayangi lonjakan kasus varian omicron dalam negeri. ”Oleh karena itu, hari ini IHSG akan bergerak landai cenderung negatif dengan rentang support 6.620, dan resisten 6.700,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas, Selasa (25/1).


Kemarin IHSG membentuk pola bearish harami, sinyal reversal ke arah bearish, dengan volume terbentuk cukup tinggi. Namun, pelemahan masih tertahan oleh MA 5 dan MA 20. Sejumlah saham berpotensi naik antara lain MDKA, TBIG, ADRO, ARTO, BFIN, BTPS, TLKM, WIFI, ESSA, dan IRRA.


Pada perdagangan kemarin, IHSG ambrol 1,06 persen ke level 6.655,16. Itu disebabkan kekhawatiran para investor terhadap fluktuasi bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street. Koreksi sejatinya karena antisipasi daripada investor soal kebijakan moneter The Fed. Kebijakan The Fed itu, menyebabkan pergerakan pada kurva yield treasury bond AS makin landai.


Kondisi itu, mengindikasikan ada ketidakstabilan ekonomi. Di di lain sisi, juga disebabkan karena pemerintah sudah melakukan tapering terhadap pembelian aset negara. Pendorong koreksi IHSG didukung teknologi minus 2,89 persen, keuangan minus 1,42 persen, dan infrastruktur menukik 1,27 persen. Investor asing membukukan net sell di pasar reguler Rp6 miliar, dengan saham-saham paling banyak dijual BBRI, BBCA, dan SCMA.


Kemarin Wall Street sangat fluktuatif meski berakhir di zona hijau. Pelemahan awalnya disebabkan statement The Fed makin hawkish, menandakan tingkat suku bunga akan naik, dan adanya ketegangan geopolitik. Penguatan Wall Street karena para investor melancarkan strategi bottom fishing akibat pelemahan bursa terlalu dalam.


Berbanding terbalik dengan keadaan bursa AS, bursa Asia hari ini sudah diperdagangkan di zona merah. Nikkei minus 1,86 persen, dan indeks Kospi menurun 2,15 persen. (*)