IHSG Turun 6,6 Persen Sepanjang Pekan ini, Koreksi Terbesar dalam Dua Tahun
EmitenNews – Indeks harga saham gabungan (IHSG) akhirnya berbalik menguat pada perdagangan akhir pekan ini. Meski begitu, sepanjang pekan ini secara kumulatif indeks turun 6,60 persen, penurunan terbesar dalam kurun waktu seminggu dalam dua tahun terakhir. Pada perdagangan hari ini (27/04) IHSG ditutup naik 10,040 poin (0,170 persen) ke level 5.919,238. Dengan hasil itudibandingkan level 6.337,695 pada penutupan akhir pekan lalu maka terjadi penurunan sebesar 6,60 persen. Nilai kapitalisasi pasar turun menjadi Rp6.578 triliun dibandingkan Rp7.054 triliun. Berkurang sebesar 6,74 persen. Investor asing mencatatkan penjualan bersih (foreign net sell) sebesar Rp358,445 miliar. Secara kumulatif sepanjang pekan ini investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp5,304 triliun. IHSG secara year to date minus 6,87 persen sampai hari ini (27/04). Nyaris sama dengan penurunan bursa saham Tiongkok (Indeks Composite Shanghai) yang minus 6,80 persen. Lebih baik dibandingkan bursa saham Filipina yang minus 9,78 persen. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat penurunan IHSG terparah yang terjadi dalam seminggu pada kurun waktu 2 tahun terkahir terjadi pada 16 – 23 Desember 2016. Saat itu turun 3,9 persen dengan sentiment kemenangan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Namun setelah itu dalam kurun waktu seminggu juga IHSG berhasil berbalik lebih tinggi dengan kenaikan sebesar 5,35 persen. Kenaikan terbesar di antara indeks bursa lain di Asia. Kini, rekor penurunan terbesar dalam seminggu itu terpatahkan. Sebab sepanjang pekan ini IHSG turun 6,60 persen. Direktur Utama BEI, Tito Sulistio, mengatakan faktor eksternal dominan dalam penurunan IHSG saat ini. Sebaliknya dari dalam negeri mayoritas positif. ”Investasi anda masih didukung oleh produk yang bagus,” tegasnya, Kamis (26/04) malam. Produk dimaksud adalah rata-rata kinerja emiten yang positif. Tumbuh di atas 20 persen. Jumlah emiten membagikan dividen juga semakin banyak. Selain itu investor aktif harian dan berasal dari dalam negeri terus meningkat. ”Dana asing juga tidak lari (dari pasar saham). Hanya pindah ke obligasi,” ucapnya.
Related News
Data Bicara: Cara Atur Strategi Portofolio di Tahun 2026!
Efek BI Rate ke Saham: Sektor Apa yang Bakal Cuan di Tahun 2026?
BI Rate 4,75 Persen: Strategi atau Sinyal Badai Pasar Saham 2026?
Prospek SUPA: PBV Menarik, Tapi Siapkah Hadapi Risiko NPL UMKM 2026?
Flywheel Superbank: Akankah AI dan Ekosistem Grab Jadi Moat Abadi?
Fundamental: Evolusi Ekosistem Grab-Emtek jadi Turnaround Superbank!





