EmitenNews.com - Berdasarkan data World Steel Association, pada 2024 Indonesia menempati posisi ke-14 dalam produksi crude steel dunia dengan produksi sebesar 17 juta ton. Jumlah realisasi produksi ini naik signifikan dalam lima tahun terakhir, yakni mencapai 98,5 persen dibandingkan produksi 2019 sebesar 8,5 juta ton.

“Kami menargerkan dalam tiga atau empat tahun ke depan, kita bisa menempati posisi ke-11 atau ke-10,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam sambutannya pada acara Pelepasan Ekspor Produk Baja Lapis PT Tata Metal Lestari ke Amerika Serikat, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (18/7).

Menperin mengungkapkan saat ini kapasitas produksi terpasang crude steel nasional berada di angka 21 juta ton dan ditargetkan terus meningkat menjadi 27 juta ton pada 2029. Ini menunjukkan optimisme dan langkah ekspansif Indonesia dalam meningkatkan daya saing industri baja di tingkat global.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan industri baja nasional pemerintah akan terus mengoptimalkan dukungan melalui berbagai kebijakan strategis. Antara lain penerapan upaya-upaya hukum tindakan perdagangan (trade remedies) secara efektif, pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara wajib, pemberian fasilitas Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), pengutamaan penggunaan produk dalam negeri untuk proyek pemerintah, pemberian fasilitas fiskal, serta penerapan prinsip industri hijau.

“Kebijakan-kebijakan ini tentunya bertujuan untuk memastikan adanya peningkatan kapasitas dan utilisasi produksi baja nasional secara berkesinambungan, serta memastikan produk baja dalam negeri mampu bersaing di pasar domestik maupun pasar ekspor,” tutur Menperin.(*)