EmitenNews.com - Berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai tukar Rupiah, periode 29 Januari – 2 Februari 2024.


Pada akhir hari Kamis, 1 Februari 2024 rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.760 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,54%.


Sedangkan DXY atau indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF) melemah ke level 103,05. Sementara Yield UST (US Treasury) Note, surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun turun ke level 3,941%.


Pada pagi hari Jumat, 2 Februari 2024 rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.750 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,52%.


Untuk aliran modal asing (minggu V Januari 2024), Premi CDS Indonesia 5 tahun per 1 Februari 2024 sebesar 75,15 bps, relatif stabil dibandingkan 26 Januari 2024 sebesar 75,12 bps.


Berdasarkan data transaksi 29 Januari – 1 Februari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp8,51 triliun terdiri dari beli neto Rp5,51 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,46 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,54 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).


Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 1 Februari 2024, nonresiden beli neto Rp0,49 triliun di pasar SBN, beli neto Rp8,75 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp21,46 triliun di SRBI.


Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono, mengatakan pihaknya terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.(*)