EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu terkoreksi 0,02 persen menjadi 8.370. Pelemahan indeks terjadi setelah sebelumnya cenderung bergerak di teritori positif. Saham sektor industrial mengalami koreksi terparah, dan saham sektor infrastruktur mencatat penguatan terbesar. 

Rupiah menguat dan menjadi Rp16.707 per dolar Amerika Serikat (USD). Sepanjang pekan ini, indeks melemah 0,29 persen. Mayoritas indeks bursa Asia ditutup melemah akibat sentimen negatif dari Wall Street. 

Data industrial production Tiongkok edisi Oktober 2025 tumbuh 4,9 persen, melambat dari September 2025 di level 6,5 persen. Itu merupakan pertumbuhan terendah sejak Agustus 2024, karena pelemahan pertumbuhan aktivitas manufaktur, pertambangan, dan adanya libur panjang merayakan Hari Nasional awal Oktober 2025.

Demikian juga dengan retail sales edisi Oktober 2025 tumbuh 2,9 persen dari September 2025 di kisaran 3 persen. Pekan ini, investor akan menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), mencermati data pertumbuhan kredit, dan M2 Money Supply. Secara teknikal, histogram MACD masih positif.

Namun, momentum kenaikan melambat, dan berpotensi terjadi death cross. Stochastic RSI masih bergerak di area overbought. Volume jual masih mendominasi, diperkuat garis A/D yang mengindikasikan adanya distribusi. Indeks ditutup di bawah level MA5. So, untuk jangka pendek, indeks berpotensi melemah.

Oleh sebab itu, sepanjang perdagangan hari ini, Senin, 17 November 2025, indeks akan mengitari area support 8.300, dan posisi resistance 8.425. Namun, dalam jangka menengah panjang, indeks masih dalam kondusi bullish. Menilik data itu, Phintraco Sekuritas menjagokan saham ANTM, MAPI, MAIN, SMDR, dan DOID sebagai bahan koleksi. (*)