EmitenNews.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong upaya percepatan transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060 atau lebih cepat. Hal ini tercermin dalam pengembangan kapasitas terpasang pembangkit listrik dari sumber Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada tahun 2022 yang melebihi target yang ditetapkan.


Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana menyebut realisasi kapasitas terpasang dari sumber EBT telah mencapai 12.557 Megawatt (MW) lebih dari target sebesar 12.529 MW.


"Dari jumlah tersebut, 8.680 MW merupakan PLT EBT ongrid atau tersambung dengan jaringan listrik PLN, dan selebihnya atau 3.877 MW adalah PLT EBT offgrid," rincinya.


Sepanjang tahun 2022, sebanyak 223 MW PLT EBT telah mencapai Commercial Operation Date (COD) atau beroperasi secara komersial. Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana pada Konferensi Pers Capaian Kinerja Sektor EBTKE Tahun 2022 dan Program Kerja Tahun 2023.


"Jadi di tahun 2022 ada 223 MW PLT EBT yang COD, yang beroperasi, di antaranya 62,8 MW dari PLTP Sorik Marapi Unit 3, kemudian 2,6 MW PLT Biomassa PTPN IV, kemudian 11,4 MW dari PLTM Madong, dan 1,3 MW dari PLTS Selayar," jelas Dadan.


Secara rinci, Dadan menyampaikan, 12.557 MW kapasitas terpasang EBT di 2022 terdiri dari PLT Bayu 154,3 MW; PLTS 271,6 MW; PLT Bioenergi 3.086,6 MW; PLT Panas Bumi 2.355,4 MW; dan PLT Air 6.688,9 MW.


Sementara di tahun 2023, proyeksi kapasitas pembangkit mencapai 12.925 MW, terdiri dari PLT Bayu 154,3 MW; PLT Surya 432,6 MW; PLT Bioenergi 3.144,8 MW; PLT Panas Bumi 2.368,4 MW; dan PLT Air 6.852,2 MW.


Pembangunan PLT EBT yang semakin masif, menurut Dadan akan mendorong tarif listrik EBT semakin kompetitif. "Kita sudah sama-sama mendengar sudah ada project PLTB baru di Kabupaten Tanah Laut sebesar 70MW, dengan tarif yang sangat kompetitif. Saya kira supaya ini menjadi salah satu pendorong dan juga menghilangkan stigma bahwa EBT itu mahal," ujar Dadan.


Selain rencana pembangunan PLTB Tanah Laut, PLTS di Bali Barat dan Bali Timur dengan kapasitas masing-masing 2x2,5 MW juga akan memiliki tarif yang kompetitif, yaitu sekitar USD 5,6-5,7 sen/kWh.


"PLTS Cirata juga angkanya seperti itu. Kemudian PLTA Saguling malah di bawah USD 4 sen/kWh. Kita lihat juga yang tadi saya sampaikan, di Tanah Laut USD 5,5 sen/kWh. Jadi ke depan memang kalau ada project yang memang produksinya bagus, bisa dieksekusi dengan baik ya akan mendapatkan tarif yang semakin kompetitif," pungkas Dadan. (DKD)