EmitenNews.com -Manajemen PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menyampaikan, kenaikan harga bahan baku kemasan produk Ultrajaya memberikan pengaruh besar terhadap kinerja keuangan perseroan.

Pada pelaksanaan Public Expose ULTJ yang digelar secara virtual, Kamis (21/12), manajemen perseroan menyampaikan bahwa kenaikan biaya packaging memiliki pengaruh besar terhadap kinerja laba bruto per Kuartal III-2023.

"Kenaikan harga berpengaruh besar terhadap Ultrajaya yang tidak bisa kami tahan. Seperti kenaikan harga packaging, pemakaian bahan baku hampir menjadi 58 persen," demikian disampaikan manajemen ULTJ.

Seperti diketahui, selama sembilan bulan pertama tahun ini ULTJ mencatatkan penjualan Rp6,12 triliun atau meningkat 7,75 persen (y-o-y). Sedangkan untuk komponen pemakaian bahan baku mencapai Rp3,49 triliun atau lebih tinggi dibanding sembilan bulan pertama di 2022 senilai Rp3,38 triliun.

Dengan demikian, beban pokok penjualan per Kuartal III-2023 menjadi Rp4,13 atau membengkak 8,12 persen (y-o-y). Maka, laba bruto ULTJ selama sembilan bulan pertama tahun ini menjadi Rp1,99 triliun atau hanya bertumbuh 6,99 persen (y-o-y) atau memiliki margin bruto sebesar 32,52 persen

Dari sisi beban operasional, manajemen ULTJ mengaku bahwa perseroan terbilang mampu mengendalikan beban. "Secara cash flow, Ultrajaya memiliki kemampuan yang cukup baik dan investasi memang tetap berjalan".

Pada periode Januari-September 2023, beban penjualan tercatat Rp631,13 miliar atau meningkat 3,98 persen. Sementara itu, beban umum dan administrasi selama sembilan bulan pertama di 2024 sebesar Rp185,81 miliar atau naik 0,74 persen.

Seperti diketahui, per 30 September 2023, ULTJ mencatatkan kas dan setara kas Rp2,35 triliun atau lebih tinggi dibanding per 31 Desember 2022 yang senilai Rp1,25 triliun.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp878,6 miliar. Sementara itu, arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi Rp566,02 miliar dan arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan mencapai Rp345,75 miliar.