EmitenNews.com - Harga minyak meroket ke level tertinggi sejak 2008 karena penundaan penyelesaian perundingan nuklir Iran dan potensi kembalinya pasokan Iran ke pasar global, yang sudah mengalami tekanan akibat gangguan pasokan Rusia.


Perundingan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia terperosok dalam ketidakpastian, Minggu, menyusul tuntutan Rusia untuk jaminan Amerika bahwa sanksi yang dihadapinya atas konflik Ukraina tidak akan merugikan perdagangannya dengan Teheran. China juga mengajukan tuntutan baru, menurut narasumber.


Menanggapi tuntutan Rusia, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Minggu, mengatakan sanksi yang dikenakan pada Rusia atas invasi Ukraina tidak ada hubungannya dengan kesepakatan nuklir potensial dengan Iran.


Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melambung USD12,28, atau 10,4%, menjadi USD130,39 per barel pada pukul 06.05 WIB, demikian laporan Reuters, di New York, Minggu (6/3) atau Senin (7/3) pagi WIB.


Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak USD10,70, atau 9,3%, menjadi USD126,38 per barel.


Dalam beberapa menit pertama perdagangan pada sesi Minggu, kedua benchmark itu melejit ke level tertinggi sejak Juli 2008 dengan Brent di posisi USD139,13 per barel dan WTI di USD130,50. Kedua kontrak mencapai tingkat tertinggi pada Juli 2008 dengan Brent di USD147,50 per barel dan WTI di USD147,27.


"Iran adalah satu-satunya faktor bearish nyata yang menggantung di pasar, tetapi jika sekarang kesepakatan Iran tertunda, kita bisa mencapai tank bottom jauh lebih cepat terutama jika barel Rusia tetap berada di luar pasar untuk waktu yang lama," kata Amrita Sen, pendiri Energy Aspect.


Sen mengatakan Brent bisa melesat menjadi USD125 per barel hari ini, dengan cepat mendekati level tertinggi sepanjang masa USD147, yang terakhir terlihat pada tahun 2008. Pekan lalu, analis JP Morgan mengatakan minyak bisa melonjak menjadi USD185 per barel pada tahun ini.


"Idenya bukan untuk memberi sanksi pada minyak dan gas karena sifatnya yang esensial, tetapi minyak mendapatkan sanksi oleh kalangan swasta yang tidak mau mengambilnya atau pelabuhan yang tidak mau menerimanya dan semakin lama ini berlangsung, semakin banyak rantai pasokan yang terganggu," kata Daniel Yergin, Vice Chairman S&P Global.


Amerika Serikat dan sekutu Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia, kata Blinken, Minggu, dan Gedung Putih berkoordinasi dengan komite Kongres untuk bergerak maju dengan larangan mereka sendiri.


Rusia mengekspor sekitar 7 juta barel per hari minyak dan produk olahan atau 7% pasokan global. Beberapa volume ekspor minyak Kazakhstan dari pelabuhan Rusia juga menghadapi komplikasi.


Analis Bank of America mengatakan jika sebagian besar ekspor minyak Rusia terputus, mungkin ada kekurangan 5 juta barel atau lebih besar, dan itu berarti harga minyak bisa berlipat ganda dari USD100 menjadi USD200 per barel.


Iran akan membutuhkan beberapa bulan untuk memulihkan aliran minyak bahkan jika mencapai kesepakatan nuklir, kata analis.


Eurasia Group mengatakan tuntutan baru Rusia dapat mengganggu pembicaraan nuklir meski masih mempertahankan kemungkinan kesepakatan sebesar 70%.


"Rusia mungkin berniat menggunakan Iran sebagai rute untuk melewati sanksi Barat. Jaminan tertulis yang memungkinkan Rusia untuk melakukannya mungkin jauh melampaui apa yang dapat ditawarkan Washington di tengah perang skala penuh di Ukraina," kata Henry Rome, analis Eurasia.


Juga mendukung harga minyak mentah, penutupan ladang minyak El Feel dan Sharara Libya mengakibatkan hilangnya 330.000 barel per hari (bph), National Oil Corporation (NOC) mengatakan pada Minggu. Libya, anggota OPEC , memproduksi sekitar 1,2 juta barel per hari minyak mentah pada 2021, menurut data energi AS.


Pejabat senior AS melakukan perjalanan ke Venezuela, Sabtu, untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah Presiden Nicolas Maduro, berusaha untuk menentukan apakah Caracas siap untuk menjauhkan diri dari sekutu dekatnya, Rusia.