EmitenNews.com - Armansyah Yamin mengurangi porsi kepemilikan saham Bakrie & Brothers (BNBR). Itu setelah komisaris perseroan mendivestasi 3.910.000 helai alias 3,91 juta lembar. Transaksi tersebut dilakukan dengan senyap. 


Transaksi itu, masih berjubah misteri. Baik dari sisi harga jual, tanggal transaksi, dan tujuan transaksi. ”Kami tidak mengetahui secara pasti mengenai harga jual, tujuan, dan tanggal transaksi,” tulis R.A. Sri Dharmayanti, Direktur Bakrie & Brothers. 


Dengan perampungan transaksi itu, koleksi saham Armansyah turun menjadi 4,01 juta lembar atau 0,02 persen. Berkurang 0,02 persen dari periode sebelum transaksi dengan tabulasi 7,92 juta lembar atau 0,04 persen. 


Per 31 Agustus 2022, pemegang saham Bakrie & Brothers antara lain Biofuel Indo 2,57 miliar lembar atau 12,16 persen, Daley Capital 2,04 miliar setara 9,68 persen, Fountain City 1,08 miliar saham alias 5,14 persen, RA Sri Dharmayanti 0,06 persen, Armansyah 0,02 persen, dan masyarakat 73,02 persen.


Sepanjang semester I-2022, Bakrie & Brothers mencatat rugi Rp110,87 miliar. Bengkak 138 persen dari periode sama tahun lalu dengan kerugian Rp46,46 miliar. Efeknya, rugi per saham dasar menjadi Rp50,07 dari periode sama Rp20,98.


Pendapatan Rp1,29 triliun, naik 25 persen dari edisi sama tahun lalu Rp1,03 triliun. Beban pokok pendapatan bengkak 22 persen menjadi Rp1,05 triliun dari periode sama tahun lalu Rp857,28 miliar. Total beban usaha Rp213,76 miliar, naik tipis dari periode sama tahun lalu Rp208,08 miliar.


Beban lain-lain Rp107,91 miliar, meroket 888 persen dari periode sama tahun lalu Rp10,92 miliar. Rugi sebelum manfaat pajak penghasilan Rp80,29 miliar, menanjak 114 persen dari edisi sama tahun lalu Rp37,50 miliar. Rugi bersih Rp98,62 miliar, bengkak 127 persen dari periode sama tahun lalu Rp43,36 miliar. 


Total liabilitas Rp15,12 triliun, melesat 8,6 persen dari periode akhir 2021 sejumlah Rp13,91 triliun. Total aset Rp16,43 triliun, naik tipis dari akhir 2021 sebesar Rp15,24 triliun. Defisit Rp20,13 triliun, naik tipis dari edisi akhir 2021 sebesar Rp20,02 triliun.


Kondisi itu, membuat auditor tidak memberi opini. Kondisi perusahaan mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup mempertahankan kelangsungan usaha. (*)