EmitenNews.com - Indonesia memiliki ragam potensi pariwisata di berbagai daerah. Kolaborasi lintas pemangku kepentingan menjadi salah satu kunci dalam melakukan transformasi sehingga potensi pariwisata lokal yang tertidur tersebut menjadi destinasi wisata kelas dunia. Contoh nyata kebangkitan pariwisata lokal tersebut salah satunya ada di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada 2013, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), atau BCA meresmikan salah satu wirawisata di kawasan Gunungkidul yaitu Gua Pindul, yang menjadi the next Bali.


Desa wisata tersebut akhirnya menjadi desa wisata pertama yang dikembangkan BCA dan menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia sebagai dari program CSR. Hingga kini, destinasi wisata Gunungkidul terus bermunculan karena diuntungkan dengan kombinasi kontur alam yang indah, baik pantai, pegunungan, perbukitan, maupun tradisi dan budaya masyarakat. BCA menjadi salah satu institusi yang berperan besar dalam kebangkitan pariwisata di Gunungkidul tersebut.


Upaya membangkitkan dari nol pariwisata lokal seperti di Gunungkidul menjadi The Next Bali tersebut terekam dalam sebuah buku, Gunungkidul, The Next Bali yang diluncurkan pada Jumat (19/8/2022). Hadir dalam acara peluncuran buku tersebut, Komisaris Independen BCA sekaligus Penulis Buku ini Cyrillus Harinowo, EVP CSR BCA Inge Setiawati, EVP Wealth Management BCA Ugahary Yovvy Chandra, Kepala BCA KCU Yogyakarta Anggardini Swadari, Bupati Gunungkidul Sunaryanta, Direktur Utama PDAM Gunungkidul Toto Sugiharto, dan Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul Arif Aldian.


Salah satu kontribusi BCA ini diimplementasikan dengan memberikan donasi sumur bor kepada PDAM Tirta Handayani Gunungkidul, tepatnya di Desa Logandeng. Sumur bor ini akan menjadi penyuplai air bersih selama 24 jam bagi warga di Desa Logandeng. Sebelumnya, aliran air di desa ini terbilang memprihatinkan. Air hanya mengalir pada malam hari dan debit airnya kecil. BCA berharap melalui penambahan sarana ini dapat meringankan kebutuhan warga akan air bersih.


Cyrillus mengatakan, potensi pariwisata di Indonesia yang beragam membutuhkan sentuhan perhatian dan kepedulian banyak pihak untuk dapat bangkit sebagai destinasi populer. Berkaca pada kebangkitan Gunungkidul sebagai destinasi baru, pihak swasta dan pemerintah, baik lokal maupun pusat, memiliki andil signifikan pada tahap pengembangan. Kontribusi pemerintah terutama terlihat dari dukungan infrastruktur, dari permasalahan transportasi darat, laut, maupun udara, akses terhadap air bersih, listrik, hingga perizinan-perizinan.


Sementara itu, pihak swasta terlibat dalam keseluruhan proses. Mulai dari transformasi mindset masyarakat lokal, persiapan dan penataan lokasi, pengembangan sumber daya manusia, pembangunan spot destinasi, hingga operasional dan promosi. Cyrillus mengatakan, Gunungkidul adalah masterplan hidup, yaitu tempat pembelajaran komprehensif bagi siapa saja yang ingin mengembangkan destinasi pariwisata lokal, mulai dari nol hingga dikenal luas wisatawan lokal dan mancanegara. “Warisan itu ada dalam buku ini. Saya sangat berbangga karena BCA menjadi salah satu pelaku sejarah yang dominan di balik pariwisata Gunungkidul ini.”


Seperti diungkapkan dalam buku tersebut, Gunungkidul memiliki ragam kekayaan pariwisata yang unik. Gunungkidul memiliki 50 pantai yang setiap pantainya memiliki keunikan masing-masing, baik dari sisi kontur perbukitan, lapisan karang, hingga hamparan pasir. 50 pantai tersebut layak untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata umum, resot, pantai pribadi. Selain itu, Gunungkidul dikenal juga dengan destinasi gua-gua yang indah, termasuk 13 Taman Bumi (geopark) yang menjadi bagian dari 165 UNESCO Geopark Network.


Gua Pindul merupakan destinasi wisata pertama yang dikembangkan, menyusul destinasi-destinasi lain seperti Pantai Kesirat, Pantai Sundak, Air Terjun Sri Gethuk, Goa Jomblang, Puncak Segoro, South Shore Beach Club, HeHa Sky View, HeHa Ocean View, Obelix Hills, Drini Hills Diamond Villa, dan Hotel Radika Paradise.


Inge Setiawati selaku EVP CSR BCA mengatakan, kebangkitan pariwisata di Gunungkidul dimulai dari destinasi wisata Gua Pindul. Tempat tersebut sekaligus juga menjadi desa wisata pertama yang dikembangkan BCA dan menjadi referensi dalam mengembangkan desa wisata lainnya di seluruh Indonesia. Desa-desa wisata sebagai desa binaan BCA merupakan implementasi dari komitmen BCA dalam mengembangkan bisnis di lingkungan komunitas, desa, maupun daerah. Hal ini dilakukan demi mendorong terciptanya pusat ekonomi baru, meningkatkan pendapatan daerah, memperluas lapangan pekerjaan, dan memberikan nilai tambah untuk ekonomi masyarakat lokal. (Eko Hilman). ***