EmitenNews.com — PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) harus menguras kas untuk aktivitas operasi sedalam Rp594,63 miliar dalam tiga bulan pertama tahun 2022.


Sedangkan di periode sama tahun 2021, justru membukukan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp472,77 miliar.


Adapun pos penekan, yaitu pembayaran kepada pemasok yang membengkak sebesar 36,6 persen menjadi Rp3,269 triliun.


Senasib, pembayaran pajak penghasilan membengkak 378 persen menjadi Rp201,6 miliar.


Demikian juga dengan pembayaran untuk aktivitas operasi lainnya yang membengkak 66,48 persen menjadi Rp313,28 miliar.


Namun, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp4,072 triliun dalam tiga bulan pertama tahun 2022, atau melesat 3.892,15 persen.


Hasil itu melambungkan laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ke level Rp67,19, sedangkan di akhir Maret 2021 berada di level Rp1,85.


Data tersebut tersaji dalam laporan keuangan kuartal I 2022 tanpa audit emiten media dan teknologi itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (21/5/2022).


Jelasnya, pendapatan bersih tumbuh 7,9 persen menjadi Rp3,374 triliun yang ditopang pendapatan iklan senilai Rp1,32 triliun, atau tumbuh 8,1 persen dibandingkan kuartal I 2021, yang tercatat sebesar Rp1,22 triliun.


Senada, penjualan barang tumbuh 0,46 persen menjadi Rp1,287 triliun. Demikian juga dengan pendapatan jasa kesehatan dan rumah sakit yang naik 17,9 persen menjadi Rp453,53 miliar.


Sayangnya, beban pokok pendapatan membengkak menjadi Rp2,46 triliun. Dampaknya, laba kotor turun 4,6 persen menjadi Rp914,41 miliar.  


Bahkan, beban umum dan administrasi membengkak 34,3 persen menjadi Rp610,33 miliar. Akibatnyanya, laba usaha anjlok 55,2 persen dan tersisa Rp249,96 miliar.


Menariknya, perseroan membukukan bagian laba dari entitas asosiasi senilai Rp3,481 triliun, atau membaik dibandingkan kuartal I 2021 yang rugi Rp215,98 miliar.


Jika ditilik lebih jauh, EMTK melalui anak usahanya, KMK melakukan investasi di PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan porsi awal 34,39 persen atau sebanyak 2.806.853 saham.


Namun, terjadi perubahan klasifikasi saham BUKA menjadi saham biasa dengan nilai nominal sebesar Rp50 (nilai penuh) per saham, sehingga kepemilikan KMK disesuaikan menjadi 24.661.347.283 saham.


Selanjutnya, BUKA IPO sehingga kepemilikan KMK terdilusi menjadi 23,93 persen.


Lalu, KMK harus mengukur kembali nilai investasi di Bukalapak berdasarkan bagian kepemilikan atas nilai aset bersih BUKA.