EmitenNews.com - PT Kimia Farma (KAEF) tahun ini memproyeksi pendapatan Rp14,26 triliun. Proyeksi itu, melesat 11 persen dari periode tahun lalu sejumlah Rp12,85 triliun. Target itu, seiring industri farmasi mendapat perbaikan kinerja.


Laba bersih pada 2021 terkumpul Rp302,27 miliar. Melambung 1.614 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya hanya Rp17,63 miliar. ”Kami melakukan perubahan produk dengan inovasi untuk mendongkrak pendapatan,” tutur Direktur Produksi dan Supply Chain Kimia Farma Andi Prazos.


Tahun ini, perseroan fokus menurunkan ketergantungan impor bahan baku obat 11,86 persen. Itu dilakukan dengan mengoptimalisasi fasilitas produksi, dan melakukan komersialisasi produk bahan baku. Saat ini, perseroan dapat memproduksi 11 jenis bahan baku obat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan ketentuan tingkat kandungan komponen dalam negeri (TKDN). 


Berdasar proyeksi Kementerian Perindustrian, perseroan harus dapat memenuhi kebutuhan 21 jenis bahan baku obat hingga 2025. ”Kami sudah mengalkulasi, dan strategi kompensasi sebagai akibat aktivitas Covid-19 mulai mereda di Indonesia,” tambah Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Kimia Farma Lina Sari.


Perseroan juga bakal meningkatkan skala omnichannel dalam distribusi, dan melakukan penguatan klinik utama di kota besar, meningkatkan layanan homecare dan telemarketing, hingga rebranding outlet apotek, klinik, dan laboratorium. Pada 2025, KImia Farma dapat menjadi pemain farmasi global, dan nomor satu Indonesia. (*)