EmitenNews.com - Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat idAA- obligasi berkelanjutan IV Chandra Asri maksimum Rp8 triliun. Itu termasuk penerbitan tahap pertama untuk modal kerja senilai Rp2 triliun.


Pefindo juga menegaskan peringkat idAA- untuk Chandra Asri (TPIA), obligasi berkelanjutan I, obligasi berkelanjutan II, dan obligasi berkelanjutan III. Prospek peringkat perusahaan tersebut stabil. 


Kendati kinerja Chandra Asri melemah pada kuartal pertama tahun 2022, akibat harga bahan baku meningkat, dan permintaan melemah dari China, perusahaan memiliki likuiditas kuat selain permintaan tinggi pasar domestik. ”Kami memperkirakan permintaan global membaik dalam jangka pendek seiring relaksasi pembatasan di China,” tulis Pefindo. 


Peringkat perusahaan mencerminkan posisi terdepan industri petrokimia domestik didukung sinergi dengan mitra-mitra strategis, operasi terintegrasi secara vertikal dengan fasilitas pendukung memadai, likuiditas kuat, dan fleksibilitas keuangan sangat kuat. Namun, sensitivitas terhadap siklus industri dan risiko terkait ekspansi fasilitas petrokimia membatasi peringkat.


Peringkat dapat dinaikkan kalau profil usaha makin kuat secara signifikan, menyediakan diversifikasi produk, dan pasar lebih baik, dapat mengurangi volatilitas margin, dengan tetap mempertahankan struktur permodalan konservatif. Peringkat bisa diturunkan kalau ada penurunan secara terus-menerus dalam profil keuangan karena margin laba lebih lemah dari perkiraan sebagai akibat kenaikan harga bahan baku dan/atau penurunan harga produk. 


Itu akibat permintaan produk petrokimia lebih lemah dari diantisipasi, terutama pasar domestik, dan karena percepatan ekspansi kapasitas para pelaku industri, atau harga bahan baku  lebih tinggi dari perkiraan. Peringkat bisa berada di bawah tekanan kalau berekspansi didanai dengan utang lebih tinggi dari proyeksi, sehingga profil keuangan menjadi moderat.


Peringkat itu, belum memperhitungkan rencana tambahan belanja modal didanai melalui utang untuk pembangunan konstruksi naphtha cracker kedua perusahaan karena masih belum terdapat keputusan investasi final. Chandra Asri merupakan produsen petrokimia beroperasi secara terintegrasi, menyediakan olefina, poliolefina, monomer stirena, butadiena, methyl-tertiary-butyl- ether (MTBE), dan butena-1. 


Perusahaan memiliki satu-satunya naphtha cracker, fasilitas produksi monomer stirena, butadiena, MTBE, dan butena-1 nasional. Naphtha cracker berkapasitas 2.138 kilo ton per tahun (KTA), fasilitas produksi polietilena berkapasitas 736 KTA, fasilitas produksi monomer stirena berkapasitas 340 KTA, fasilitas produksi polipropilena berkapasitas 590 KTA, fasilitas produksi butadiena berkapasitas 137 KTA, fasilitas produksi MTBE berkapasitas 128 KTA, dan fasilitas produksi butene-1 berkapasitas 43 KTA. 


Pada 31 Maret 2022, saham Chandra Asri  dimiliki Barito Pacific (BRPT) 34,6 persen, SCG Chemicals Co. Ltd. 30,6 persen, PT TOP Investment Indonesia 15,0 persen, Prajogo Pangestu 7,8 persen, Marigold Resources Pte. Ltd. 3,9 persen, dan publik 8,1 persen. (*)