EmitenNews.com - Kementerian Perindustrian mencatat kebutuhan tenaga kerja di sektor industri furnitur mencapai 562 ribu orang pada tahun 2020, dan akan meningkat jadi 645 ribu orang di tahun 2025. Karena itu Kemenperin berupaya menyiapkan suber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan industri.


“Dengan didukung SDM yang andal, tentunya industri kita semakin berdaya saing global. Pada ujungnya, apabila kinerja sektor industri jadi lebih baik, akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Arus Gunawan di Jakarta, Selasa (1/11).


Kepala BPSDMI menegaskan pengembangan SDM menjadi program prioritas. Langkah strategis yang ditempuh di antaranya menggelar pelatihan dan pendidikan vokasi, termasuk menjalin kerja sama dengan sektor industri.


“Kami telah memiliki sejumlah unit pendidikan vokasi yang meliputi 11 Politeknik, 2 Akademi Komunitas, dan 9 SMK. Selain itu, terdapat 7 Balai Diklat Industri (BDI), yang semuanya di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, dan tersebar di beberapa provinsi Indonesia,” sebutnya.


“Oleh karenanya, kami telah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahan furnitur agar para lulusan Polifurneka Kendal bisa langsung bekerja atau terserap di industri,” jelas Arus.


Arus mengemukakan, salah satu unit pendidikan vokasi Kemenperin yang berada di wilayah kawasan industri adalah Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (Polifurneka). Kampus yang berdiri di atas lahan seluas 19.000 m2 berada di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.


Polifurneka Kendal yang beroperasi sejak tahun 2018 ini merupakan rintisan dari kerja sama pemerintah Indonesia dan Singapura. Kemitraan ini termasuk dalam upaya pembangunan Kawasan Industri Kendal. Selain itu, dalam penerapan model pendidikan di Polifurneka Kendal, Indonesia menggandeng SECO Swiss untuk mengimplementasikan model dual system berbasis kompetensi.


“Pembangunan Polifurneka ini dalam rangka menjawab kebutuhan industri furnitur dalam ketersediaan tenaga kerja yang kompeten. Apalagi, industri furnitur memerlukan suatu inovasi produk dan desain yang menarik sehingga bisa berdaya saing di pasar domestik hingga ekspor,” paparnya.


Polifurneka Kendal menjadi satu-satunya politeknik bidang furnitur di Indonesia yang berstatus negeri. Para mahasiswanya berasal dari lulusan SMK/SMA, dan mendapatkan beasiswa penuh selama belajar di Polifurneka Kendal yang berada di kawasan industri yang strategis.


Saat ini, Polifurneka Kendal memiliki tiga program studi tingkat Diploma 3 (D3) yang spesifik dan teknis di bidang furnitur, yakni Teknik Produksi Furnitur, Desain Furnitur, dan Manajemen Bisnis Industri Furnitur. “Kami optimistis, dengan adanya investasi yang masuk di industri furnitur, kami siap menyuplai SDM yang kompeten dan andal,” imbuhnya.


Menurut Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), adanya relokasi industri mebel dan kerajinan dari China akan mendorong penyerapan tenga kerja lokal. Sebab, industri mebel dan kerajinan termasuk sektor padat karya.


HIMKI juga menilai, ketersediaan SDM yang kompeten di industri furnitur akan mendongkrak kinerja ekspornya. Indonesia menargetkan nilai ekspor produk mebel dan kerajinan bisa menembus USD5 miliar pada tahun 2024 nanti.


Semantara itu, nilai ekspor mebel dan kerajinan pada kuartal I tahun 2022 telah mencapai USD1 miliar atau naik 15,87 persen dibanding nilai ekspor pada kuartal I-2021. HIMKI menargetkan nilai ekspor pada tahun ini bisa mencapai USD3,93 miliar, dan naik menjadi USD4,46 miliar atau hampir USD5 miliar pada tahun berikutnya.(fj)