EmitenNews.com - Industri pakaian jadi masih menjanjikan. Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor pakaian jadi meningkat 45,92 persen secara bulanan, mencapai USD700,7 juta pada Mei 2023 dibandingkan USD480,2 juta, April 2023.

 

Dalam keterangannya yang dikutip Rabu (28/6/2023), Direktur Industri, Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perdagangan, Adie Rochmanto Pandiangan mencatat, volumenya naik dari USD21,9 juta ton pada April 2023 menjadi 32,5 juta ton pada Mei 2023. 

 

Dalam acara Rilis Hasil Survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) di Jakarta, Selasa (27/6/2023), Adie Rochmanto Pandiangan mencatat, kinerja baik industri tekstil, khususnya pakaian jadi, ditopang oleh permintaan pasar domestik yang tengah meningkat seiring persiapan masa tahun ajaran baru sekolah. 

 

Selain itu, peritel pun tengah menghabiskan stok pakaian yang tersisa dari produksi Lebaran Idul Fitri pada akhir April 2023.

 

“Dugaan kami juga, kebijakan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri) untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian ASN di pemerintah tengah berlangsung. Untuk mengantisipasi suplai tadi, persediaan berikutnya, produsen sudah mulai meningkatkan aktivitas produksi,” ucapnya.

 

Kendati demikian, industri tekstil masih mengalami kontraksi lantaran masih tingginya impor yang menekan penyerapan penjualan produk dalam negeri. Meski telah meningkat dari bulan sebelumnya, kinerja industri tekstil belum memasuki puncaknya. Harapannya, seiring masuknya tahun ajaran baru, kinerja industri tekstil kian membaik.

 

“Impor tekstil meningkat dibandingkan April. Meningkat cukup besar jadi 133 ribu ton pada Mei dari 106 ribu ton. Volume impor tekstil ini yang kira-kira menyebabkan stok tekstil di pasar tidak terserap dan masih banyak hingga Juni 2023, sehingga menyebabkan penjualan tekstil dari garmen menurun,” jelas dia.

 

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan sejumlah industri di subsektor tekstil masih dalam kondisi yang sulit dan dilaporkan langsung oleh pelaku industri.

 

Salah satu penyebabnya adalah masih tingginya volume baju impor bekas yang disebutnya masuk lewat Pusat Logistik Berikat (PLB). Karenanya, ia meminta kementerian/lembaga dan pihak terkait untuk mengawasi proses masuk dan keluarnya barang di PLB. ***