EmitenNews.com - Triputra Agro Persada (TAPG) sepanjang 2022 mencatat laba bersih Rp3,09 triliun. Menanjak 158 persen dibanding edisi 2021 sebesar Rp1,19 triliun. Lompatan laba bersih mendorong EBITDA meningkat 112 persen mencapai Rp4,57 triliun.


Selain itu, pendapatan terakumulasi Rp9,3 triliun. Perbaikan kinerja itu, berkat peningkatan produksi, mayoritas umur tanaman berada pada usia produktif, dan implementasi best agronomy practice ditambah penggunaan teknologi mendukung proses produksi. Pada 2022, produksi termasuk perusahaan asosiasi meningkat  signifikan.


Produksi TBS kebun inti melesat 21 persen dibanding periode sama 2021 mencapai 3,2 juta ton, dengan pencapaian yield 24,5 ton per hektare, dan rata-rata umur tanaman mencapai 12 tahun. ”Kinerja positif itu, berkat peningkatan produktivitas, didukung penerapan best agronomy practice, dan penggunaan teknologi,” tutur Tjandra Karya Hermanto, Presiden Direktur Triputra Agro.


Selain itu, penerapan improvement secara konsisten dijalankan, dan dukungan iklim, menjadi salah satu kunci mencapai tingkat produksi. Tidak disangkal, ada lonjakan biaya produksi terkhusus biaya pupuk. Itu diredam dengan peningkatan produktivitas, dan control losses.


Ekspor kelapa sawit Indonesia juga relatif membaik. Mulai stok kelapa sawit dalam negeri menipis. Permintaan tinggi negara tujuan utama seperti China, India, dan keberhasilan program mandatori B30 dalam negeri. Tahun lalu, harga komoditas berada pada level relatif baik, didukung peningkatan harga komoditas global, dan berpengaruh langsung pada performa perseroan.


Sementara itu, harga jual CPO meningkat 32 persen dibanding tahun sebelumnya. Harga jual Palm Kernel (PK) juga meningkat 13 persen. Permintaan CPO pada 2022 disokong China. Ya, Tiongkok mulai meningkatkan stok vegetable oil seiring peningkatan demand sebagai dampak penghapusan kebijakan zero covid policy China, dan konsumsi India tetap tinggi meski ada ancaman resesi global.


Total aset naik 17 persen menjadi Rp14,5 triliun. Jumlah kewajiban turun 12 persen menjadi Rp4,1 triliun. Ekuitas meningkat 33,6 persen menjadi Rp10,4 triliun. (*)