EmitenNews.com—Tahun lalu, Phillip Sekuritas Indonesia melihat PT XL Axiata Tbk (EXCL) secara agresif mengejar visinya untuk menjadi yang nomor satu operator konvergensi di Indonesia dengan memusatkan upayanya pada pelanggan yang lebih baik mengalami proposisi nilai daripada persaingan harga.

 

Dalam riset Phillip Sekuritas Indonesia yang diterima EmitenNews.com, disebutkan sejumlah inisiatif yang dilakukan EXCL, menurutnya, akan membuka jalan untuk pertumbuhan masa depan yang tangguh dan akan memastikan perusahaan tetap terdepan dalam persaingan.

 

Misalnya, pada 2Q22, EXCL meluncurkan “XL Satu Fiber”, layanan terkonvergensi pertama di Indonesia yang memungkinkan pelanggan untuk menerima layanan berbasis serat optik serta layanan selular dalam satu kesatuan produk.

 

Masih di 2Q22, EXCL mengakuisisi 51% saham PT Hipernet Indodata, Managed Service Perusahaan penyedia dengan tujuan memperluas cakupan produk TIK terintegrasi EXCL & layanan di Digital Services kepada kalangan korporasi.

 

Kemudian pada 4Q22, EXCL bekerja sama dengan Link Net (ticker: LINK), salah satu kabel terbesar penyedia layanan di Indonesia, meluncurkan layanan konvergensi internet yang menggabungkan layanan internet berkecepatan tinggi tanpa batas kuota, konten streaming, TV kabel, dan online penyimpanan milik LINK dengan layanan data internet kuota besar EXCL.

 

Memperkuat struktur permodalannya, EXCL berhasil menghimpun Rp 4,99 triliun melalui Right Penerbitan di mana hasilnya akan digunakan untuk melakukan pembayaran utang lebih awal. Setelah penyelesaian aksi korporasi ini, pedoman perusahaan menyarankan EXCL berpotensi menikmati pengurangan beban bunga sebesar Rp 300 miliar di FY23.

 

Menurut Phillip Sekuritas Indonesia, fundamental yang dimiliki EXCL kuat. Sehubungan dengan perkembangan baru ini, kami memperkirakan EXCL di FY22 akan menghasilkan Rp29 triliun (+8,3%) dalam Pendapatan dan Rp 1,5 triliun (+17,0%) dalam Laba Bersih (Gambar 1). Profitabilitas perbaikan yang dimulai pada FY21 akan semakin menguat pada FY22F-FY24F.

 

Utang bersih terhadap EBITDA akan turun dari 4,4x di FY22 menjadi 3,7x di FY23F. CAPEX tidak akan terkena dampak negatif dari deleveraging karena nilainya terus meningkat maju meskipun dengan proporsi pendapatan yang lebih kecil. Secara operasional, total trafik data 9M22 mencapai 5,88 PB (Gambar 5) dan diproyeksikan meningkat menjadi 8,77 PB untuk FY22 sementara jumlah pelanggan mencapai 57,4 juta dan kemungkinan akan condong ke tingkat itu untuk sisa tahun ini.

 

ARPU blended tercatat Rp 37.000 dan tidak heran jika menyentuh angka 38.00 pada akhir FY22 (Gambar 7), sebuah bukti komitmen EXCL dalam memberikan yang terbaik pengalaman pelanggan.