NBIM menjadi contoh terbaik dalam hal transparansi dan akuntabilitas. Setiap kuartal, NBIM mempublikasikan laporan lengkap tentang seluruh portofolio investasi, termasuk daftar saham, obligasi, dan properti yang dimiliki. Kinerja dana, strategi investasi, hingga risiko yang dihadapi dijelaskan secara terbuka kepada publik. Tidak hanya itu, NBIM juga memiliki mekanisme pengawasan internal dan eksternal yang ketat, serta melibatkan parlemen dalam setiap perubahan kebijakan strategis.

Transparansi seperti ini sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan mencegah penyalahgunaan dana negara. Danantara perlu meniru praktik NBIM dengan menyediakan akses publik terhadap laporan keuangan, strategi investasi, dan hasil kinerja secara rutin. Dengan demikian, setiap langkah Danantara dapat diawasi dan dievaluasi oleh publik, media, dan lembaga pengawas independen.

Diversifikasi dan Investasi Berkelanjutan : Meniru Strategi Global

Baik Temasek maupun NBIM menekankan pentingnya diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko dan meningkatkan imbal hasil jangka panjang. Temasek berinvestasi di berbagai sektor dan negara, sementara NBIM mengalokasikan dana ke saham, obligasi, dan properti di seluruh dunia. Diversifikasi ini membuat kedua SWF mampu bertahan dalam situasi pasar yang volatil dan krisis ekonomi global. Selain itu, kedua lembaga ini juga menjadi pelopor dalam penerapan prinsip ESG. Temasek dan NBIM hanya berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tata kelola baik, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab sosial.

Danantara perlu mengadopsi strategi diversifikasi dan prinsip ESG sebagai bagian inti dari kebijakan investasinya. Dengan portofolio yang beragam dan berorientasi pada keberlanjutan, Danantara tidak hanya akan memperoleh imbal hasil optimal, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan.

Pengelolaan Risiko dan Disiplin Investasi Jangka Panjang

NBIM dikenal sangat disiplin dalam pengelolaan risiko. Setiap keputusan investasi didasarkan pada riset mendalam, analisis fundamental, dan simulasi skenario pasar. NBIM juga memiliki toleransi risiko yang jelas dan mekanisme mitigasi yang efektif, sehingga mampu menghadapi fluktuasi pasar tanpa panik.

Temasek pun demikian, dengan fokus pada tren jangka panjang seperti digitalisasi, energi terbarukan, dan perubahan demografi. Temasek tidak mudah tergoda untuk mengejar keuntungan jangka pendek yang berisiko tinggi, tetapi lebih memilih investasi yang berpotensi tumbuh stabil dalam jangka panjang.

Danantara harus meniru disiplin ini dengan membangun tim riset dan manajemen risiko yang kuat. Setiap keputusan investasi harus didukung oleh analisis data, proyeksi ekonomi, dan pertimbangan risiko yang matang. Dengan demikian, Danantara dapat menjadi investor institusi yang tangguh dalam menghadapi dinamika pasar global.

Kolaborasi dan Pembelajaran Global

Temasek dan NBIM aktif menjalin kerja sama dengan investor global, perusahaan multinasional, dan lembaga riset internasional. Kolaborasi ini tidak hanya memperluas akses ke peluang investasi, tetapi juga memperkaya pengetahuan dan kemampuan manajemen. Temasek, misalnya, kerap menjadi mitra strategis bagi perusahaan teknologi global, sementara NBIM sering bekerja sama dengan universitas dan lembaga riset untuk mengembangkan metode investasi baru.

Danantara harus membuka diri terhadap kolaborasi internasional, baik dalam bentuk co-investment, pertukaran pengetahuan, maupun pelatihan manajemen. Dengan belajar dari pengalaman dan keahlian global, Danantara dapat mempercepat proses transformasi menjadi SWF kelas dunia.

Kesimpulan

Pengalaman Temasek dan NBIM menunjukkan bahwa kunci sukses pengelolaan dana negara terletak pada tata kelola yang independen, transparansi, diversifikasi, dan disiplin investasi jangka panjang. Danantara harus belajar dari kedua lembaga ini, menyesuaikan praktik terbaik mereka dengan konteks Indonesia, dan berani melakukan reformasi jika ingin menjadi SWF yang dihormati di tingkat global.