EmitenNews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus berupaya untuk mendorong reformasi di bidang kesehatan pada presidensi G20 serta mendirikan financial intermediary facility. Yaitu fasilitas keuangan yang akan memberikan dukungan pada dunia agar bisa lebih siap dalam menghadapi pandemi.


“Kenapa? karena pandemi covid-19 bukanlah pandemi terakhir. Pandemi akan berulang menurut para ilmuwan. Dan oleh karena itu Indonesia dan dunia harus lebih siap agar kalau nanti terjadi pandemi berikutnya kita sudah memiliki persiapan yang lebih baik dari sebelumnya,”Ucap Menkeu dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, pada Kamis (29/9).


Seperti diketahui, pandemi covid-19 telah meninggalkan efek luka memar atau scarring effect yang sangat dalam terhadap perekonomian dunia. Di Indonesia, bahkan berdampak lebih luas melampaui krisis keuangan 1997-1998 dan 2008-2009.


“Pandemi yang terjadi tahun 2020 bukan hanya masalah neraca keuangan. Dia adalah ancaman jiwa. Ancaman jiwa itu berkonsekuensi kepada policy pembatasan, dan pembatasan itu memukul sangat dalam terutama para pelaku usaha kecil,” ujar Menkeu.


Untuk itu, instrumen fiskal Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hadir langsung dalam bentuk bantalan sosial kepada masyarakat serta pelaku usaha kecil dan menengah, untuk meredam scarring Effect akibat pandemi covid-19. Tidak hanya itu, kini APBN juga kembali hadir sebagai shock absorber untuk menahan guncangan akibat gelombang volatilitas harga Bahan Bakar Minyak (BBM).


“Kalau seluruh gelombang volatilitas itu dibiarkan langsung masuk ke Indonesia, maka rakyat dan pelaku ekonomi yang langsung dihadapkan dengan gelombang itu pasti tidak akan bisa bertahan. Maka APBN menjadi Shock absorber,” ungkapnya.


Dalam menghadapi pandemi, Menteri Keuangan mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai kebijakan keuangan secara extraordinary dan luar biasa. Dengan berbagai upaya itu, Indonesia mampu menjadi salah satu dari sedikit negara yang pemulihan ekonominya sangat cepat, serta diakui paling efektif dan terbaik di dunia dari sisi penanganan covidnya.


“Pada saat penanganan pandeminnya relatif baik, ekonomi kita juga pulih relatif lebih cepat dan juga cukup kuat,” ucap Menkeu.


Meski begitu, pemerintah akan terus berhati-hati, fleksibel dan tetap akuntabel dalam menghadapi berbagai ketidakpastian global, terutama yang bersumber dari penyakit, climate change, dan geopolitical tension


“Dengan tantangan 3 tadi dan bermuara kepada kondisi ketidakpastian global, kita akan terus mengelola kebijakan makro fiskal dan moneter serta kebijakan struktural sektor masyarakat dan sektor riil, untuk bisa bersama-sama menjaga kita semua dari guncangan yang tidak biasa,” tuturnya lebih lanjut.


Terakhir Menkeu berharap, agar pandemi saat ini dapat dijadikan pelajaran berharga untuk terus memupuk kerjasama dalam menjaga bangsa negara Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


“Saya berharap kita bisa bersama-sama apapun bisnis anda, apapun tugas anda, apapun posisi anda, kita menjaga Indonesia bersama sehingga 2023. Indonesia tetap optimis, namun waspada,”pungkas Menkeu.(fj)