EmitenNews.com - Yordania siap mengimpor crude palm oil (CPO) dari Indonesia dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan energi dan industri dalam negeri mereka. Komitmen Yordania tersebut merupakan hasil kerja sama erat antara kedua negara. Menteri Pertanian Kerajaan Hasyimiyah Yordania Khaled Al Henefat mengakui posisi Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia.

"Yordania mengatakan silakan dikirim CPO sebesar-besarnya sesuai kebutuhan negara Yordania. Ini hubungan yang sangat baik," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam jumpa pers hasil pertemuan bilateral antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Hasyimiyah Yordania di Jakarta, Kamis ((17/4/2025).

Indonesia dan Yordania telah menjalin kerja sama melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama Menteri Pertanian Kerajaan Hasyimiyah Yordania Khaled Al Henefat.

Penandatanganan yang dilaksanakan pada Senin (14/4/2025) itu disaksikan langsung Presiden Prabowo Subianto dan Raja Yordania Abdullah II bin Al-Hussein di Istana Al Husseiniya, Amman, Yordania.

Dengan kerja sama itu, Yordania membuka pintu selebar-lebarnya bagi pengiriman CPO dari Indonesia, tanpa batasan volume, dan menyatakan kesiapannya menerima sesuai kebutuhan mereka.

Amran menegaskan Indonesia sangat siap memenuhi permintaan ekspor tersebut karena industri CPO nasional kini berada dalam posisi unggul dan memiliki stok produksi yang sangat melimpah.

Saat ini Indonesia mengekspor sekitar 26 juta ton CPO, dengan 20 juta ton lainnya diproses di dalam negeri. Total produksi tahunan sebesar 46 juta ton yang siap dimanfaatkan.

Sebagai produsen terbesar dunia, Indonesia juga tengah mengembangkan biofuel berbasis CPO seperti B40 dan B50.

Momentum tingginya potensi ekspor CPO ke Yordania sangat strategis, karena Indonesia kini mampu mengatur ritme pasar global sekaligus memperkuat posisi tawar di sektor energi dan pertanian dunia.

"Jadi kita yang memainkan dunia. Kenapa? Indonesia, produsen terbesar dunia. Di saat harga menguntungkan, kita lepas, di saat harga agak kurang, konversi ke biofuel. Selesai. Ini momentum kita gunakan dengan baik," kata Mentan Andi Amran Sulaiman. ***