EmitenNews.com - Emiten pertambangan logam PT Timah (TINS) mencatat pendapatan Rp9,69 triliun per September 2021. Merosot 18,72 persen dari periode sama tahun lalu Rp11,93 triliun. Namun, Timah mampu membukukan laba bersih Rp611,98 miliar, alias melesat 340 persen atau berbalik dari periode sama tahun lalu dengan koleksi rugi bersih Rp255,15 miliar.


Timah menggelontorkan arus kas untuk investasi Rp502,52 miliar, turun dari sebelumnya Rp863,86 miliar. Kas dan setara kas akhir periode Rp1,1 triliun, naik dari sebelumnya Rp808,85 miliar.


Liabilitas Timah mencapai Rp8,21 triliun per September 2021, terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp5,66 triliun, dan liabilitas jangka panjang Rp2,55 triliun. Liabilitas Timah menurun dari periode Desember 2020 di level Rp9,57 triliun.


Ekuitas Timah sejumlah Rp5,58 triliun. Dengan demikian, total aset entitas anak MIND ID itu, mencapai Rp13,8 triliun per September 2021, turun dari periode akhir 2020 di kisaran Rp14,52 triliun. Produksi bijih timah mencapai 17.929 ton, turun 48 persen dari periode sama tahun lalu 34.614 ton. Di mana, 44 persen dari penambangan darat, dan 56 persen dari penambangan laut.


Produksi logam timah mencapai 19.120 metrik ton (MT), turun 49 persen dari periode sama tahun lalu 37.588 MT. Penurunan produksi bijih timah itu, tersebab pandemi Covid-19, dan dinamika penambangan bijih timah di darat. Penjualan logam timah mencapai 19.059 MT, turun 58 persen dari periode sama tahun lalu 45.548 MT.


Meski volume penjualan turun, Timah mencatat harga jual rata-rata logam timah USD30.158 per MT, naik 79 persen dari periode sama tahun lalu USD16.832 per MT. Lonjakan permintaan timah dari negara manufaktur dunia diprediksi membuat harga logam timah masih bertahan di kisaran USD30 ribu per ton sampai akhir 2021. ”Kondisi memberi optimisme terhadap pencapaian kinerja perseroan makin mantap,” tutur Wibisono, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, Rabu (9/11). 


Per September 2021 Asia masih menjadi destinasi utama ekspor timah Timah dengan kontribusi 53 persen, disusul Eropa 31 persen, dan Amerika 11 persen. Adapun 5 besar negara destinasi ekspor timah perseroan secara berurutan Korea Selatan 18 persen, Belanda 17 persen, Jepang 16 persen, Amerika Serikat 11 persen, dan Italia 6 persen.


”Dengan asumsi volume eksploitasi bijih timah saat ini, perseroan mampu menopang operasi penambangan di masa  mendatang. Nah, guna mempertahankan keberlangsungan bisnis, aktivitas eksplorasi atau penemuan cadangan baru terus dilakukan. Perseroan terus berupaya secara intensif untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi bijih timah,” tegas Wibisono. (*)