Raiz Rewards adalah program pengembalian investasi atau investback dari setiap belanja online yang dilakukan nasabah. Dengan adanya investback tersebut, nasabah sudah dapat berinvestasi tanpa mengurangi intensitas belanjanya di platform belanja, investasi, dan makanan, yang sudah terdapat di aplikasi Raiz.
Selain bekerja sama dengan platform belanja, investasi, dan makanan tersebut, Raiz Indonesia juga turut mengembangkan UMKM yang memiliki peran penting bagi perekonomian, khususnya dalam meningkatkan produk domestik bruto dan penyerapan tenaga kerja. Pengembangan UMKM itu dilakukan Raiz Indonesia melalui kerja sama yang dijalin dengan aplikasi penjualan (point of sales) bernama Selleri. Saat ini, Selleri sudah terhubung dengan para pelaku UMKM dan membantu ribuan produk mereka terjual melalui platfrom online itu.
Dengan bantuan teknologi tersebut, sebanyak 1.200 supplier Selleri serta 50.000 reseller bisa memasarkan produk UMKM melalui Kanal Media Sosial Seperti Facebook, Instagram, WA dan marketplace lainya. Setiap bulannya setiap reseller memiliki penghasilan rata-rata Rp5 juta dari aktivitasnya di Selleri.
"Lebih jauh misi Selleri adalah membantu menciptakan kemerdekaan finansial bagi mitra Selleri, oleh karena itu Selleri membantu mitra Selleri untuk dapat memiliki akses ke produk dan layanan keuangan seperti tabungan dan produk investasi,"ujar Jayan Kumar, CEO dari Selleri.
Saat ini Raiz Indonesia adalah salah satu dari dua anak usaha dari Raiz Invest Limited yang tercatat di Bursa Saham Australia (ASX) dengan kode saham RZI. Dengan pengembangan-pengembangan tersebut, Raiz Indonesia berkomitmen untuk dapat tumbuh secara berkelanjutan dan terus mendukung kekuatan kinerja induk usahanya.
George Lucas, Managing Director/Joint Group CEO Raiz Invest Limited, mengatakan perusahaan mencatatkan nilai produk investasi yang dijual perusahaan (fund under management/FUM) AUD$1,02 miliar. Perusahaan juga mencatatkan kenaikan jumlah rekening nasabah baru sebesar 77,7% secara global (Australia, Indonesia, Malaysia) dalam 12 bulan terakhir.
"Meskipun terjadi konflik tragis di Ukraina, stabilitas kembali ke dunia investasi pada Maret dan pasar saham global naik pada bulan tersebut. Meskipun demikian, konflik Ukraina tadi, kondisi moneter yang semakin ketat, dan kenaikan biaya hidup secara global masih menjadi perhatian nasabah,"ujar Lucas.
Related News
DGIK Targetkan Pendapatan Tumbuh 50 Persen Pada 2025
Investasi dengan Kepemilikan Langsung, Preskom CYBR Tambah Porsi Saham
Bapok Tak Kena, Menkeu Pastikan PPN 12 Persen Penuhi Asas Keadilan
Pendapatan Negara Hingga November Rp2.492,7 Triliun, Tumbuh 1,3 Persen
Harga Emas Antam Terus Melambung Rp14.000 per Gram
Wamen PKP, Investor Timur Tengah Siap Bangun 1 Juta Rumah Per Tahun