EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup terkoreksi 0,04 persen menjadi 8.391. Itu terjadi setelah sempat mencapai level intraday tertinggi baru 8.478. Pelemahan indeks akibat kondisi sudah overbought. 

Optimisme akan perbaikan ekonomi domestik, kenaikan likuiditas, dan ekspektasi aksi korporasi beberapa emiten, telah menjadi katalis positif bagi penguatan indeks. Indeks keyakinan konsumen Oktober 2025 meningkat pada level 121.2 dari September 2025 di level 115. 

Level tersebut merupakan tertinggi sejak April 2025, setelah bulan lalu indeks tersebut turun pada level terendah sejak April 2022. Kenaikan itu, mengindikasikan masyarakat lebih optimistis dengan kondisi ekonomi saat ini, dan masa depan. Mayoritas indeks bursa Asia ditutup menguat. 

Tiongkok telah mencabut sejumlah pembatasan ekspor mineral penting, dan material tanah jarang ke Amerika Serikat (AS), sebagai tanda kesepakatan dagang antara dua negara tersebut masih berlaku. Investor Eropa menanti rilis data unemployment rate Inggris edisi September 2025 diperkirakan naik pada level 4,9 persen dari Agustus 2025 sekitar 4,8 persen. 

Lalu, pemodal Jerman menungu rilis data ZEW Economic Sentiment Index November 2025 diperkirakan naik pada level 42.5 dari edisi Oktober 2025 di level 39.3. Secara teknikal, histogram positif MACD makin meningkat seiring kenaikan momentum penguatan indeks. Namun Stochastic RSI berada area overbought, dan berpotensi membentuk death cross.

Kondisi dan situasi itu, diiringi peningkatan volume jual. Sehingga dalam jangka pendek diperkirakan berpotensi terjadi minor pullback akibat profit taking. Namun, selama indeks mampu bertahan di atas 8.300-8.340, diperkirakan kondisi bullish indeks masih akan berlanjut.

Nah, merujuk data dan fakta tersebut, Phintraco Sekuritas menyarankan para pelaku pasar untuk menyerok sejumlah saham berikut. Yaitu, Merdeka Battery Materials (MBMA), Sarana Menara Nusantara (TOWR), Central Omega (DKFT), Archi Indonesia (ARCI), dan Hartadinata Abadi (HRTA). (*)