EmitenNews.com - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berdampak besar pada inflasi. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tekanan inflasi sangat terasa dampaknya setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM pada awal September 2022. Pemerintah mengakui Indonesia rentan atas gejolak kenaikan inflasi yang menimpa berbagai negara dunia tahun 2022. Kenaikan harga-harga komoditas dunia membuat inflasi di Tanah Air melonjak hingga 5,5 persen.

 

"Dari sisi inflasi Indonesia tidak bisa totally imune dari pengaruh kenaikan komoditas-komoditas seluruh dunia," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers Realisasi APBN 2023, Jakarta, Selasa (3/1/2022).

 

Tekanan inflasi sangat terasa dampaknya setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM pada awal September 2022. Instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sepanjang tahun 2022 telah bekerja luar biasa untuk menstabilkan harga-harga. Termasuk memberikan subsidi yang nilainya melonjak hingga lebih dari 3 kali lipat.

 

Kenaikan harga BBM telah membuat inflasi dari harga yang diatur pemerintah menjadi 13 persen. Sedangkan core inflation ada di angka 3,4 persen. Menurut Sri Mulyani, hal itu menunjukkan permintaan dalam perekonomian Indonesia memang meningkat, sehingga inflasi inti juga memberikan sumbangan.

 

Meski begitu, upaya ini dianggap telah membuahkan hasil karena tingkat inflasi Indonesia lebih baik dari negara lain. Baik dari negara anggota G20, ASEAN 6 dan ASEAN 5. Sampai akhir tahun 2022, inflasi 5,5 persen, relatif modest dibandingkan semua negara baik di G20 ataupun di ASEAN 6 atau ASEAN 5.

 

Beberapa negara mengalami inflasi tinggi, setidaknya di atas Indonesia. Thailand 5,6 persen, Brasil 5,9 persen, India 5,9 persen, Prancis 6,2 persen. Kemudian Singapura 6,7 persen, Kanada 6,8 persen, AS 7,1 persen, Eropa 10,1 persen, Inggris 10,7 persen. Ada pun 2 negara dengan tingkat inflasi tertinggi yakni Argentina mencapai 92,4 persen dan Turki 84,4 persen.

 

Hal itu menunjukkan harga pangan relatif stabil atau terus dijaga oleh pemerintah. Sri Mulyani menyebutkan, hal itu tidak terlepas dari kerja sama pemerintah dengan Bank Indonesia yang menggunakan kombinasi kebijakan untuk menjaga tingkat harga. Termasuk menggunakan APBN dengan memberikan subsidi untuk stabilisasi luar biasa besar untuk 2022. ***