EmitenNews.com - Perusahaan farmasi plat merah dengan status cucu usaha BUMN dari entitas PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Phapros Tbk (PEHA) menyatakan jika insentif yang akan diguyur oleh Pemerintah pada industri farmasi akan memberikan dampak positif dan meningkatkan inovasi produk obat dalam negeri.


“Pastinya akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri farmasi dalam negeri. Insentif tersebut juga nantinya bisa meningkatkan inovasi produk obat dan alat kesehatan yang dihasilkan dalam negeri,” ujar Zahmilia Akbar Corporate Secretary PEHA kepada Kontan, Jumat (12/11).


Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan diberitakan akan memastikan pemerintah untuk menyiapkan skema insentif yang menarik untuk mendorong investasi di sektor farmasi.


Hal ini juga termasuk rencana memberikan insentif seperti tax holiday (pembebasan pajak), menyiapkan kawasan industri untuk sektor industri farmasi, sehingga bisa terbentuk ekosistem produksi yang lebih baik.


Lebih lanjut, PEHA menyebutkan hingga saat ini sudah cukup banyak insentif dan dukungan yang diberikan oleh Pemerintah untuk industri farmasi dalam negeri. Ia mencatat, khususnya adalah dorongan untuk mengutamakan penggunaan produk dalam negeri obat ataupun alat kesehatan.


Ia menilai, Pemerintah sudah luar biasa memberikan dorongan juga pada pertumbuhan dan hilirisasi hasil riset dalam negeri dan pihaknya berharap agar langkah yang sudah dilakukan akan terus berlanjut di tahun tahun ke depannya.


“Kami berharap banyaknya insentif dan dorongan bagi industri farmasi dalam negeri ini ke depannya akan meningkatkan growth industri farmasi nasional secara total hingga mencapai double digit. Hal ini juga termasuk juga meningkatnya ekspansi ekspor oleh industri farmasi dalam negeri,” ujarnya menambahkan.


PEHA juga menilai jika industri farmasi dikategorikan sebagai moderate raised industry pada masa pandemi Covid-19 yang ditandai dengan meningkatnya permintaan akan vitamin dan obat yang terkait Covid-19. Namun mengalami penurunan permintaan di segmen obat non-covid.


Menurutnya, dengan meningkatnya performa segmen obat etikal branded yang utamanya digunakan melalui peresepan dokter di klinik atau rumah sakit, menandakan saat ini masyarakat sudah mulai berani menjalani pengobatan non-covid di rumah sakit yang mungkin sempat tertunda selama pandemi. Sehingga akan ada pertumbuhan kembali ke depannya.


Adapun secara target penjualan, PEHA sendiri juga menetapkan adanya peningkatan dua digit hingga akhir tahun ini. Sementara itu hingga semester I 2021, PT Phapros Tbk (PEHA) mencatatkan laba bersih Rp10,421 miliar dalam enam bulan pertama tahun 2021, anjlok 61,22 persen dibandingkan periode sama tahun 2020 yang terbilang Rp26,876 miliar.


Merujuk pada data laporan keuangan semester I 2021 telah audit emiten farmasi anak usha Kimia Farma (KAEF) itu yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia(BEI), Selasa (26/10/2021). Penjualan bersih tumbuh 2,86 persen menjadi Rp466,23 miliar. Dari total penjualan itu ditopang penjualan kepada pihak berelasi sebesar 95 persen, yakni kepada PT Rajawali Nusindo senilai Rp118,7 miliar dan PT Kimia Farma Trading Distribution sebesar Rp325,96 miliar.


Sayangnya, beban pokok penjualan bengkak 9,13 persen menjadi Rp227,96 miliar, akibatnya laba kotor susut 2,85 persen menjadi Rp238,27 miliar. Lebih tertekan, beban usaha bengkak 3,3 persen menjadi Rp185,77 miliar dan pendapatan lain lain anjlok 88,7 persen tersisa Rp1,6 miliar. Akibatnya, laba per saham dasar ikut anjlok menjadi Rp12, sedangkan pada akhir Juni 2020 masih tercatat Rp32.