EmitenNews.com -Fitch Ratings telah mengafirmasi Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di 'BBB-' dengan Outlook Stabil. Agensi juga telah mengafirmasi peringkat instrumen senior unsecured notes dolar AS ICBP di 'BBB-'.

 

Peringkat produsen mie instan didukung oleh posisinya yang terdepan di beberapa segmen makanan kemasan dan arus kas bebas (FCF) yang kuat. Faktor-faktor ini akan terus meredam dampak volatilitas harga bahan baku dan mendukung ketahanan profitabilitas dan jalur deleveraging. Peringkat juga mencerminkan skala ICBP yang moderat, penyebaran geografis yang terbatas, dan konsentrasi bisnis mie.

 

Kami menilai ICBP berdasarkan Standalone Credit Profile (SCP) berdasarkan Kriteria Peringkat Parent and Subsidiary Linkage (PSL) kami. Kami yakin ICBP memiliki kekuatan kredit yang sama dengan profil konsolidasi dari 80,5% induknya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF). ICBP memberikan kontribusi sebesar 59% dari pendapatan konsolidasi INDF dan 63% dari EBITDA pada tahun 2022.

 

Pricing Power Sustains Margin: Kami memperkirakan margin EBITDA sebesar 20%-25% pada 2023-2024 (1Q23: 24%). ICBP telah menunjukkan kemampuan untuk meneruskan beberapa kenaikan biaya bahan baku kepada pelanggan melalui penyesuaian harga. Margin sedikit menurun pada tahun 2022, tetapi sebagian besar dipertahankan pada 21% (2021: 23%). Lonjakan biaya input membuat margin turun menjadi 16% di 2Q22 (1Q22: 22%), tetapi pulih menjadi 23% di 3Q22 dan 24% di 4Q22. Volatilitas kuartal-ke-kuartal ini menunjukkan jeda waktu untuk meneruskan biaya.

 

ICBP menaikkan harga jual mi instan pada April dan Juni 2022, setelah kenaikan harga sebelumnya pada Desember 2021. Konsumen menganggap mi instan sebagai makanan pokok dan keterjangkauan relatifnya membatasi elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Perseroan juga menaikkan harga produk susu dan makanan ringan pada 2022.

 

Melonggarkan Harga Komoditas; Volatilitas Tetap Ada: Kami perkirakan profitabilitas akan didukung oleh pelonggaran harga komoditas pada tahun 2023, meskipun volatilitas dapat bertahan hingga akhir tahun. Harga rata-rata gandum dan minyak sawit mentah, bahan baku utama yang digunakan dalam produksi mi, telah turun sejak 2H22 hingga di bawah tingkat rata-rata 1H22. Namun, mereka tetap tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis. Harga beberapa komoditas pertanian telah meningkat sejak akhir 2021-1H22 karena ketidakseimbangan penawaran-permintaan global dan biaya input yang lebih tinggi. Bahan baku mencapai sekitar 80% dari biaya produksi ICBP.

 

Memimpin Posisi Pasar: Kekuatan harga ICBP didukung oleh ekuitas merek yang solid dan posisi pasar yang mengakar. Ini adalah produsen mie instan terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 70% pangsa pasar domestik dan sekitar 35 miliar bungkus kapasitas produksi tahunan secara global. Perusahaan juga membawa beberapa produk merek terkemuka di segmen lain, seperti susu kental manis untuk susu dan keripik untuk makanan ringan. Loyalitas merek yang kuat memungkinkan ICBP menyesuaikan harga secara bertahap tanpa mengganggu permintaan secara signifikan.

 

Geografis, Konsentrasi Segmen: ICBP memiliki diversifikasi geografis yang sempit dan menghasilkan lebih dari 70% pendapatan tahun 2022 di Indonesia. Penyebaran geografisnya sedikit meluas melalui akuisisi Pinehill Company Limited pada tahun 2020, yang memproduksi dan menjual mi instan di Afrika, Timur Tengah, dan Eropa tenggara. Pendapatan juga didominasi oleh bisnis mie dengan kontribusi sebesar 71%. Konsentrasi segmen dikurangi dengan kepemimpinan pasar yang jelas, dengan portofolio merek yang melayani segmen yang berbeda.

 

Arus Kas yang Kuat: Kami memperkirakan ICBP akan terus menghasilkan FCF yang kuat dalam jangka menengah (2022: Rp3,3 triliun). Kami juga berpendapat bahwa perusahaan akan dapat mendanai belanja modal dan dividen dari arus kas operasi berdasarkan asumsi belanja modal tahunan kami sebesar Rp3 triliun-4 triliun pada 2023-2024 (2022: Rp1,8 triliun). Kami memperkirakan belanja modal yang lebih tinggi di tahun-tahun ini karena ICBP mengejar belanja modal yang tertunda karena pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi yang menantang di tahun 2022.