EmitenNews.com - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)  mengisyaratkan akan membagikan dividen tahun buku 2021, dengan mempertimbangkan pengembangan usaha 2022 dan rencana  pembelian kembali saham beredar.

 

Hal itu disampaikan Direktur Keuangan INTP, David Jonathan Clarke saat paparan media secara daring, Jumat (25/3/2022). “Arus kas kami cukup kuat walau akan digunakan untuk buy back saham dan pengembangan usaha 2022, jadi untuk dividen tahun 2021 masih akan dihitung terlebih dahulu dan kami usulkan dalam RUPS bulan Mei mendatang,” jelas dia.

 

Ia menerangkan,   perseroan membukukan posisi kas bersih dengan Kas dan Setara Kas menjadi Rp6,1 triliun pada akhir tahun 2021. “ Arus kas yang kuat yang dihasilkan dari operasi dan upaya yang gigih dari manajemen untuk meningkatkan modal kerja adalah kunci untuk mempertahankan Neraca Keuangan kami yang tangguh,”tambah dia.

 

Sebagai rujukan, emiten semen ini telah membayarkan an dividen total tahun keuangan 2020 sebesar Rp725 per saham. Sehingga total pembayaran dividen tahun 2020 sebesar  Rp2, 669 triliun.

 

Sementara itu, tahun 2021 perseroan membukukan penjualan domestik (semen dan klinker) secara keseluruhan sebesar 18 juta ton pada tahun 2021, lebih tinggi 853 ribu ton atau +5,0 persen dari volume pada tahun 2020. Volume penjualan domestik untuk produk semen saja (tanpa klinker) tercatat sebesar 16,6 juta ton, lebih tinggi 352 ribu ton atau +2,2 persen dari volume tahun 2020. Pangsa pasar domestik Perseroan pada tahun 2021 adalah sebesar 25,4 persen.

 

Penjualan ekspor meningkat sebesar 122 persen dari 181 ribu ton menjadi 202 ribu ton pada tahun 2021 yang sebagian besar adalah produk klinker karena Kompleks Pabrik Tarjun telah beroperasi penuh.

 

Pendapatan Neto Perseroan meningkat sebesar 4,1 persen menjadi Rp1,.771 triliunr dari tahun 2020 sebesar Rp14,184 triliun, peningkatan secara persentase lebih kecil dari peningkatan persentase dari volume penjualan sekitar 5 persen karena turunnya harga jual rata-rata secara keseluruhan yang terutama  disebabkan oleh penjualan ekspor.

 

Beban Pokok Pendapatan pada tahun 2021 meningkat sebesar 6,3 persen dari Rp9, 070 triliun Rp9.645 triliun karena peningkatan volume penjualan dan tingginya biaya energi, terutama dari harga batu bara. Namun, untuk menekan biaya, Perseroan telah meningkatkan tingkat konsumsi bahan bakar alternatif dari 9,3 persen pada tahun 2020 menjadi 12,2 persen pada tahun 2021, termasuk peningkatan penggunaan batu bara low calorific value (LCV) dari 80 persen menjadi 88 persen.

 

Akibatnya, Margin Laba Bruto berkurang menjadi 34,7 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun lalu sebesar 36,1 persen, namun secara jumlah meningkat dari Rp5,113 triliun menjadi Rp5, 126 triliun.