EmitenNews.com - PT Habco Trans Maritima (HATM) resmi melenggang di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, kehadiran emiten anyar itu disambut dingin investor. Itu terefleksi dari gerak saham perseroan langsung terkulai.


Saham Habco tercatat minus 8 poin atau 5 persen menjadi Rp152 per saham dari harga initial public offering (IPO) sejumlah Rp160 per saham. Saham Habco menyentuh level terendah Rp149, dan tertinggi Rp212 per lembar. Nilai transaksi Rp33,57 miliar sebanyak 2 juta lot.


Habco meraup dana segar Rp179 miliar. Itu dengan menetapkan harga penawaran umum pemegang saham Rp160 per lembar. Total penawaran umum perseroan termasuk konversi utang, dan program ESA mencapai Rp224 miliar. 


Hasil penawaran umum perdana saham tersebut telah terjadi oversubscribe 57.26x, menandakan antusiasme investor publik terhadap saham perseroan. ”Kami cukup senang dengan hasil penawaran umum yang telah dicapai,”tutur Andrew Kam, Direktur Utama Habco. 


Seluruh dana hasil IPO untuk membeli armada kapal bulk carrier baru. Pasalnya, permintaan pasar tengah tinggi khususnya di industri rantai pasokan energi. Sebagai salah satu contoh, Habco bersama PT Dwi Guna Laksana (DWGL) bekerja sama dalam pengangkutan pasokan batu bara ke beberapa PLTU di Indonesia guna mendukung ketersediaan listrik beragam daerah. 


Habco juga telah melayani transportasi untuk pabrik nikel milik Tsingshan Group beroperasi di Indonesia. ”Kami senang bekerja sama dengan Habco Trans karena respons cepat, mudah berdiskusi, mengerti dalam komunikasi apa yang kami butuhkan, dan itu membuat kami ingin menjalin kemitraan jangka panjang dengan Habco Trans untuk mendukung bisnis kami di Indonesia,” sanjung Sam Song, Head of Energy Procurement Tsingshan Group.


Habco dan Habco Group sering dikenal sebagai solusi logistik maritim terintegrasi. Di mana, Habco dapat menawarkan one-stop solution untuk pengangkutan kargo laut. Koordinasi teratur dari hulu ke hilir dari kapal tongkang, stevedoring, floating crane, docking menyebabkan peningkatan kualitas layanan secara signifikan, meminimalisir risiko operasional, dan menekan biaya operasional secara menyeluruh. (*)