EmitenNews.com -Pada Semester I-2023, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menderita rugi bersih sebesar Rp326,78 miliar, sehingga neraca perseroan tercatat mengalami defisit hingga Rp2,05 triliun atau membengkak 19,19 persen dibanding per 31 Desember 2022.

 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, Rabu (2/8), pada Semester I-2023 total penyaluran kredit BBYB tercatat Rp10,11 triliun atau menurun 1,27 persen (y-o-y). Sedangkan, dana simpanan nasabah di paruh pertama tahun ini sebesar Rp15,23 triliun atau meningkat 5,4 persen (y-o-y).

 

Sementara itu, pendapatan bunga bersih BBYB di Semester I-2023 sebesar Rp1,22 triliun atau melonjak 146,87 persen (y-o-y). Pendapatan operasional lainnya di paruh pertama tahun ini senilai Rp191,44 miliar atau merosot 6,69 persen (y-o-y).

 

Namun, beban operasional BBYB selama enam bulan pertama di 2023 terpantau melambung 32,82 persen (y-o-y) menjadi Rp1,74 triliun. Sehingga, perseroan menderita rugi operasional mencapai Rp326,67 miliar atau lebih rendah dibanding rugi operasional di Semester I-2022 yang mencapai Rp606,66 miliar.

 

Untuk periode yang berakhir 30 Juni 2023, BBYB mencatatkan rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp326,89 miliar atau mengalami penurunan 46,14 persen dibanding Semester I-2022 yang menderita rugi sebelum pajak penghasilan sebesar Rp606,92 miliar.

 

Dengan adanya manfaat pajak di Semester I-2023 yang sebesar Rp115 juta, maka BBYB mencatatkan rugi bersih periode berjalan senilai Rp326,78 miliar atau menurun 46,56 persen dibanding rugi bersih periode berjalan di Semester I-2022 sebesar Rp611,44 miliar.

 

Per 30 Juni 2023, jumlah ekuitas BBYB senilai Rp3,5 triliun atau melorot 6,42 persen dibanding per 31 Desember 2022 yang sebesar Rp3,74 triliun. Dengan kinerja keuangan yang kembali mengalami kerugian, maka defisit BBYB per akhir Semester I-2023 membengkak 19,19 persen menjadi Rp2,05 triliun dibanding per akhir Desember 2022 sebesar Rp1,72 triliun.

 

Di tengah penurunan ekuitas tersebut, total liabilitas BBYB per 30 Juni 2023 justru tercatat meningkat 1,13 persen menjadi Rp16,13 triliun dari Rp15,95 triliun pada 31 Desember 2022.