EmitenNews.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis cenderung melemah. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menduga tergerusnya rupiah terjadi akibat kekhawatiran melambatnya ekonomi global.
Mata uang Garuda pada Kamis pagi dibuka menurun 24 poin atau 0,161 persen ke posisi Rp14.957 per dolar Amerika Serikat (AS). Posisi ini lebih rendah dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, yakni Rp14.933 per dolar AS.
"Di tengah pelemahan data-data ekonomi AS, bisa jadi muncul kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global," kata Ariston di Jakarta, Kamis (6/4).
Ia menyebutkan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat negatif pagi ini. Kebanyakan indeks saham Asia pun bergerak melemah.
Sementara itu, dolar AS terlihat menguat terhadap nilai tukar lainnya pagi ini. Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS naik 0,13 persen ke level 101,98.
Kekhawatiran pasar terhadap perlambatan ekonomi global bisa mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dolar AS.
Kendati demikian, Ariston menilai data survei aktivitas manufaktur dan sektor jasa Tiongkok pada bulan Maret 2023 yang akan dirilis pagi ini bisa menjadi pertimbangan pasar untuk masuk ke aset berisiko, lantaran Tiongkok masih dianggap salah satu motor penggerak ekonomi dunia.(*)
Related News

Perkuat Sinergi, TCL Indonesia Gelar National Dealer Gathering 2025

PPH 21 dan PPN Bawa Penerimaan Pajak Bulan Maret Alami Rebound

Percepat Program Prioritas, Pemerintah Buka Blokir Anggaran Rp86,6T

Indonesia Bersaing dengan 72 Negara dalam Negosiasi Tarif dengan AS

BPS: April 2025 Terjadi Inflasi 1,95 Persen YoY

Lagi; Harga Emas Antam Turun Rp20.000 per Gram