EmitenNews.com - Pemerintah menargetkan nilai hilirisasi mencapai USD618 miliar sekiara Rp10.126 triliun pada 2025 dengan menyasar puluhan proyek dalam tahap pertama. Proyek-proyek ini mencakup berbagai sektor strategis, seperti minyak dan gas, pertambangan, pertanian, hingga kelautan.

Proyek DME akan dikembangkan secara paralel di Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain DME, pemerintah juga akan meningkatkan nilai tambah pada sektor pertambangan, seperti tembaga, nikel, dan bauksit menjadi alumina. Sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan pun menjadi prioritas hilirisasi.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu dalam mengatakan pihaknya memiliki kedeputian yang fokus dalam masalah hilirisasi.

"Dengan adanya kedeputian ini, kita sudah punya peta jalan atau roada map jangka pendek, kita meng-cluster ada sekitar 28 komoditas strategis dan prioritas dalam melakukan hilirisasi, tapi bukan berarti yang lain tidak kita prioritaskan," kata Todotua dalam keterangannya, Rabu (21/5/2025).

Menurut Todutua, 28 komoditas ini memiliki cadangan amat besar sehingga harus fokus juga mengelola hilirisasinya.

"Kita sudah punya 28 komoditas, kemudian juga di sini kita sedang memperdalam terhadap strategi investasi melalui pengembangan kawasan. Kita punya kurang lebih sekitar 166 Kawasan Industri, kemudian ada sekitar 25 kawasan ekonomi khusus, kita juga punya area Free Trade Zone Sabang, Batam, dan Bintan," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah menargetkan hilirisasi sebesar USD618 miliar pada 2025 dengan kekuatan 28 sektor komoditas tadi.(*)