EmitenNews.com - Kemarin IHSG bergerak berfluktuasi (sempat plus 18 poin pada awal sesi 1 ; minus 65 pada akhir perdagangan) dan di tutup minus 55 poin atau 0,86% pada 6288 di pimpin oleh saham semua sektor terutama bahan baku dasar, manufaktur, perawatan kesehatan, keuangan, properti & real estat, teknologi, infrasruktur kecuali energi di tengah – tengah pelemahan indek bursa Asia, penguatan indek bursa Eropa, kekhawatiran inflasi akibat penguatan harga komoditas, kasus gagal bayar perusahaan properti Cina Fantasia Holdings Group dan penguatan IDR/USD (0,10%=14252).


"Hari ini secara teknikal kami perkirakan IHSG bergerak mixed melemah pada kisaran 6264 – 6310 dengan pertimbangan : indikator SO (DX/87), indikator ST Mov Avg (Consol / Bullish), ACR : tekanan beli berlanjut, CPA : perkiraan pola Uptrend Channel dan Pelemahan indek kemarin di ikuti dengan penurunan volume," kata Indra Tedja Kusuma Analis Sucor Sekuritas dalam risetnya Rabu (6/10/2021).


Adapun saham-saham yang dapat menjadi perhatian para pelaku pasar di tengah kondisi saat ini adalah ACES, TINS, ERAA, HOKI, INDY dan SMBR.


ACES Buy On Break dengan support di 1340 cutloss jika break di bawah 1315 Jika tidak break di bawah 1360 potensi naik ke 1400 - 1430 short term. 


TINS Spekulasi Buy dengan support di 1570 cutloss jika break di bawah 1550 jika tidak break di bawah 1590 potensi naik ke 1650 - 1680 short term. 


ERAA Buy On Weekmess dengan support 570 cutloss jika break di bawah 550 Jika tidak break di bawah 585 potensi naik 640 - 670 short term. 


HOKI Buy On Break dengan support di 193 cutloss jika break di bawah 190 Jika tidak break di bawah 196 potensi naik ke 210 - 220 short term. 


INDY Buy On Weekness dengan support di 2120 cutloss jika break di bawah 2070 Jika tidak break di bawah 2140 potensi naik ke 2200 - 2360 short term. 


SMBR Spekulasi Buy dengan support 755 cutloss jika break di bawah 735 Jika tidak break di bawah 770 potensi naik 815 - 850 short term. 


Sentimen harga komoditas, terutama batubara, CPO, dan minyak bumi sepertinya masih akan menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini. Selain itu, pelaku pasar juga akan terus mengikuti perkembangan kebijakan moneter AS, dan perkembangan perekenomian global dan domestic.


Program Tax Amnesty Jilid II yang bakal digelar pemerintah mulai awal tahun depan, diperkirakan bisa menjaring penerimaan pajak hingga Rp 100 triliun. Pemerintah menjanjikan tarif ringan demi menarik minat Wajib Pajak (WP) pada program ini. Dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Harmonisasi Peraturan Perpajakan yang akan diundangkan pekan ini, pemerintah bakal menjalankan programnya mulai 1 Januari 2022 hingga 30 Juni 2022.