EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi, cenderung melemah. Pelemahan rupiah terhadap dolar hari ini terkait dengan ekspektasi pasar bahwa bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) masih akan agresif menaikkan suku bunga.
Pada Pukul 10.06 WIB Rupiah melemah 9 poin atau 0,06 persen ke posisi Rp15.129 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan hari sebelumnya satu dolar AS dihargai sebesar Rp15.120.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, mengatakan nilai tukar rupiah hari ini kelihatannya masih berpotensi tertekan terhadap dolar AS. Penyebabnya masih sama, yakni karena sentimen kenaikan suku bunga acuan The Fed.
"Pasar masih berekspektasi The Fed masih akan agresif menaikkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun. Yield obligasi AS tenor 10 tahun pun terus naik, mencetak level tinggi sejak 12 tahun lalu di kisaran 3,9 persen," ujar Ariston.
Ia mengungkapkan semalam data ekonomi AS yaitu data penjualan rumah baru bulan Agustus masih menunjukkan kenaikan yang bisa diartikan ekonomi AS masih kuat menahan beban kenaikan suku bunga acuan AS.
Angka penjualan rumah baru mencapai 685 ribu unit, lebih tinggi dibandingkan estimasi pasar sebanyak 500 ribu unit.(fj)
"Sementara dari dalam negeri, ekonomi Indonesia masih dibebani oleh potensi kenaikan inflasi yang bisa melambatkan pertumbuhan," kata Ariston.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada September 2022 mencapai 0,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm), dengan penyumbang utama kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Pada awal September lalu, pemerintah mengumumkan penyesuaian harga BBM subsidi dan non-subsidi.
Harga Pertalite menjadi Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter, harga Solar menjadi Rp 6.800 per liter, dari sebelumnya Rp 5.000 per liter, dan harga Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter, dari sebelumnya Rp 12.500 per liter.
Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp15.100 per dolar AS hingga Rp15.150 per dolar AS. (end)
Related News
Beruntun 65 Bulan, BPS Catat Surplus Neraca Perdagangan Indonesia
OJK Pastikan Patriot Bond Bisa Jadi Agunan Kredit, Cek Persyaratannya
Permintaan Domestik Terus Menguat, PMI Manufaktur Oktober Naik ke 51,2
Nilai Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksikan USD360 Miliar di 2030
Harga Emas Antam Senin ini Turun Rp12.000 per Gram
Kemenperin Benarkan Banjir Impor pada Produk Hilir Tekstil





