EmitenNews.com -Pemerintah Indonesia terus mendorong rencana penurunan biaya logistik di Tanah Air guna meringankan beban dunia bisnis.


Dalam hal ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong agar efisiensi terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan BUMN.


Usai melakukan rangkaian program efisiensi pada empat Pelindo, Erick mengatakan akan melanjutkan ke BUMN pada klaster lain, yaitu maskapai penerbangan.


Saat ini, terdapat tiga BUMN yang bergerak di bidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air.


Disampaikan Erick, saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 200 pesawat. Perhitungan itu diperolehnya dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia.


Di Amerika Serikat, terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik, di mana terdapat 300 juta populasi yang rata-rata GDP (pendapatan per kapita) mencapai US$ 40 ribu.


Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP US$ 4.700. Oleh sebab itu, kata Erick, Indonesia membutuhkan 729 pesawat, di mana saat ini baru memiliki 550 pesawat.


"Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick dalam keterangan tertulis, Senin (21/8).


Saat menjadi pembicara di acara Indonesia Cafetalk yang bertema 'Indonesia Diaspora Network Bersama Erick Thohir', yang digelar di Cafe Kopi Kalyan, Erick menjelaskan bahwa untuk mengurangi ketertinggalan jumlah pesawat, dia mengatakan tidak menutup kemungkinan adanya penggabungan ketiga maskapai BUMN tersebut seperti hanya merger Pelindo.


Seperti diketahui, merger Pelindo secara resmi telah terlaksana, dengan ditandatanganinya Akta Penggabungan empat BUMN Layanan Jasa Pelabuhan.


Keempatnya adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia I, Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III, dan Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia IV. Mereka melebur ke dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pelabuhan Indonesia II.


"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," tandasnya.