EmitenNews.com -Anak usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Kreasi Jasa Persada (KJP) berencana membeli 43 persen saham PT Petrosea Tbk (PTRO) yang dimiliki oleh PT Caraka Reksa Optima (CRO) senilai Rp940 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi CUAN yang diterbitkan di Jakarta, Jumat (5/1), pengambilalihan sebanyak 34 persen saham PTRO oleh KJP tersebut setara dengan 342.925.700 saham. "Nilai total rencana transaksi sebesar Rp940 miliar," tulis manajemen CUAN.

Seperti diketahui, CRO selaku penjual merupakan pemegang saham pengendali (PSP) PTRO dengan kepemilikan 68,903 persen atau sebanyak 694.964.098 saham. Sementara itu, KJP merupakan perusahaan terkendali CUAN dengan kepemilikan 99,98 persen.

"Penjual (CRO) wajib membantu pembeli untuk memastikan CRO menjadi pengendali PTRO," demikian disampaikan manajemen CUAN. Rencana transaksi ini harus terlebih dahulu meminta persetujuan para pemegang saham melalui RUPS Luar Biasa yang akan digelar di Jakarta, Senin, 12 Januari 2024.

Saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) masih belum membuka suspensi emiten batu bara milik Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sejak dilakukan pada 19 Desember 2023.

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang, menjelaskan suspensi tersebut disebabkan kenaikan harga saham yang signifikan. Dari data statistik BEI, saham CUAN telah melonjak 6.002 persen dan masuk jajaran top movers 2023.

“Pasti akan dicabut suspensinya, tapi akan kami periksa karena kenaikan sahamnya” kata Kristian usai pencatatan saham di Gedung BEI, Jumat (5/1).

Kristian menanggapi adanya kemungkinan broker menaikkan harga saham CUAN. Hasil pemeriksaan Petrindo Jaya Kreasi kemudian akan dilaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Kita belum sampai ke situ, kita sedang periksa. (Progres) kita melihat perilaku transaksi di pasar. Tentunya kita akan informasi ke OJK,” tutur Kristian.

Sebelumnya, BEI sudah dua kali melakukan suspensi alias penghentian sementara perdagangan CUAN. Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) IPO pada Maret 2023 dengan harga pelaksanaan Rp220/saham. Perusahaan memperoleh dana segar Rp371,8 miliar kala itu.