EmitenNews.com - Waskita Karya (WSKT) berkomitmen melakukan perbaikan kondisi going concern, pemenuhan seluruh kewajiban kepada Bursa Efek Indonesia edisi 2021-2022. Itu menyusul peringatan delisting atas suspensi saham perseroan. 


Sejatinya, perbaikan itu telah dilakukan sejak kuartal III-IV edisi 2021. Kala itu, perseroan menetapkan dan mengimplementasikan inisiatif fokus pada perbaikan likuiditas melalui strategi 8 stream penyehatan keuangan perseroan. Inisiatif itu, untuk memperkuat struktur permodalan dalam restrukturisasi keuangan, dan penyelesaian proyek-proyek on-going perseroan.


Secara garis besar, program 8 stream penyehatan keuangan yaitu strategic partnership jalan tol, penjaminan pemerintah atas pinjaman dan obligasi/sukuk, master restructuring agreement (MRA), restrukturisasi utang anak usaha, penyelesaian jalan tol khusus, penyertaan modal negara (PMN), transformasi bisnis, dan penerapan pedoman tata kelola & manajemen risiko.


Selanjutnya, sepanjang 2022, perseroan mengimplementasikan, dan memonitoring strategi 8 stream penyehatan keuangan telah ditetapkan pada 2021. Beberapa key point dicapai perseroan antara lain diterimanya dana PMN, dan right issue pada awal 2022. Penerbitan obligasi IV dan Sukuk I tahun 2022 dengan penjaminan pemerintah. 


Lalu, realisasi serta distribusi modal kerja melalui pinjaman dengan penjaminan pemerintah kepada 148 proyek underlying penjaminan. Merealisasikan strategic partnership jalan tol pada ruas tol Cimanggis - Cibitung, Kanci - Pejagan, dan Pejagan - Pemalang. Implementasi tata kelola manajemen risiko melalui pembentukan komite manajemen risiko konstruksi untuk melakukan assesment persetujuan dalam memilih proyek-proyek baru lebih sustainable dengan skema pembayaran monthly payment, dan memiliki down payment.


Nah, pada kuartal I-III 2023, dalam mengoptimalkan proses restrukturisasi, dan menjaga stabilitas likuiditas masa restrukturisasi, perseroan melakukan review secara komprehensif atas Master Restructuring Agreement (MRA) yang telah diimplementasikan sejak tahun 2021. Dalam proses review MRA itu, perseroan bersama konsultan konsorsium mengkaji kembali kemampuan keuangan dalam menyelesaikan kewajiban, serta struktur cash waterfall berlaku pada MRA eksisting. 


Dalam proses review MRA itu, perseroan mengusulkan perubahan terms restrukturisasi terutama sisi tenor, suku bunga, dan struktur cash waterfall lebih optimal dalam menunjang operasional untuk menyelesaikan seluruh kewajiban. Pada proses Review MRA itu, perseroan melibatkan seluruh kreditur baik perbankan maupun pemegang obligasi. Sampai akhir 2023, perseroan terus berupaya mendapat persetujuan seluruh kreditur agar dapat mengimplementasikan skema restrukturisasi lebih sustainable.


Per September 2023, perseroan membukukan rugi bersih Rp3,2 triliun. Salah satunya beban keuangan masih bengkak. Selain itu, pendapatan usaha belum optimal mengingat kapasitas modal kerja terbatas seiring proses review MRA sampai September 2023 masih berlangsung. Di samping itu, perolehan NKB tahun berjalan relatif lebih rendah dibanding periode sebelumnya karena lebih selektif dalam memilih proyek baru. 


Menyusul kondisi itu, perseroan saat ini sedang dalam tahap pengajuan proposal skema restrukturisasi kepada seluruh kreditur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat beban keuangan, memberikan kondisi likuiditas perseroan yang lebih sustainable baik secara jangka panjang maupun pendek.


Sejumlah kendala mengadang perseroan dalam perbaikan kinerja yaitu tingkat utang berbunga tinggi, dan beban keuangan telah jatuh tempo maupun akan jatuh tempo dalam waktu dekat. Di mana, ada keterbatasan kas perseroan untuk menyelesaikan kewajiban jatuh tempo. Di samping itu, skema pengaturan kas berlaku saat ini kurang memberi keleluasaan perseroan dalam menjalankan operasional secara optimal. 


Perseroan sejak awal 2023 tengah melakukan review secara komprehensif mengenai implementasi MRA. Usulan final term sheet restrukturisasi tersebut telah disampaikan kepada seluruh kreditur baik perbankan maupun pemegang obligasi pada September 2023. Hingga saat ini, perseroan telah memperoleh persetujuan dari mayoritas kreditur perbankan mewakili lebih dari 90 persen dari total outstanding utang kepada kreditur perbankan. 


Sementara untuk pemegang obligasi, perseroan telah menyampaikan usulan persetujuan restrukturisasi melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yang diselenggarakan pada 22 dan 23 November 2023. Di mana, secara keseluruhan hasil keputusan RUPO tersebut belum mencapai kuorum persetujuan sehingga perseroan akan meminta persetujuan kembali atas usulan restrukturisasi melalui RUPO berikutnya.


Kementerian BUMN sebagai pemegang saham seri A Dwiwarna, pemegang saham mayoritas, dan pengendali berkomitmen penuh dalam penyehatan keuangan perseroan. Pada 2021, perseroan memperoleh PMN senilai Rp7,9 triliun untuk penyelesaian 7 ruas jalan tol yaitu Kayu Agung - Palembang - Betung, Ciawi - Sukabumi, Bekasi - Cawang - Kp. Melayu, Pasuruan - Probolinggo, Cimanggis - Cibitung, Pejagan - Pemalang dan Krian - Legundi - Bunder - Manyar. 


Dukungan lain akan datang yaitu berupa PMN senilai Rp12,5 triliun melalui BUMN lain untuk penyelesaian ruas tol Kayu Agung - Palembang - Betung dan Ciawi - Sukabumi. Lalu, rencana dukungan lain untuk meningkatkan kelayakan ruas tol milik perseroan. Selain itu, pada 2021 dan 2022 perseroan memperoleh penjaminan pemerintah saat menerbitkan Obligasi III Waskita Karya Tahun 2021, dan Obligasi IV dan Sukuk Mudharabah I Waskita Karya Tahun 2022. 


Perseroan juga mendapatkan fasilitas modal kerja dengan penjaminan pemerintah sebesar Rp8,08 triliun. Kemudian, perseroan juga masih dipercaya dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Di mana, hingga Oktober 2023, perseroan telah memperoleh 8 proyek IKN dengan total nilai kontrak sebesar Rp8,8 triliun.


Sampai Oktober 2023, perseroan berhasil mencapai nilai kontrak baru (NKB) Rp13,1 triliun. Berdasar segmentasi owner/pemilik proyek, sekitar 60 persen dari NKB tersebut bersumber dari proyek-proyek pemerintah termasuk proyek IKN. Lalu dilanjut proyek BUMN/BUMD sebesar 24 persen, dan sisanya proyek lainnya. Segmen konektivitas seperti jalan dan jembatan mendominasi perolehan NKB selama 10 bulan 47 persen, diikuti segmen gedung 26 persen. Sisanya NKB segmen SDA hingga EPC. Nah, dari sisi operasional, perseroan fokus pada penyelesaian proyek-proyek berjalan.


Di mana, per Oktober 2023 perseroan memiliki 94 proyek tersebar berbagai wilayah Indonesia termasuk proyek strategis nasional. Perseroan juga tengah menjajaki proyek luar negeri. Saat ini, perseroan memiliki 2 proyek di Timor Leste. Nilai kontrak seluruh proyek berjalan mencapai lebih dari Rp50 triliun. Saat ini, perseroan fokus perbaikan tata kelola, dan lebih selektif pemilihan proyek untuk menjaga keberlangsungan bisnis. (*)