EmitenNews.com - Pada semester I 2023 (Januari-Juni), neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD 19,93 miliar. Angka surplus ini lebih rendah jika dibanding dengan nilai pada Semester I 2022 yang mencapai USD 24,99 miliar. Surplus tersebut didorong oleh sektor nonmigas USD 28,73 miliar dan defisit sektor migas sebesar USD 8,80 miliar.


“Meskipun neraca perdagangan masih membukukan surplus pada Semester I tahun ini, namun penurunan surplus dibandingkan dengan semester yang sama tahun lalu memerlukan perhatian dan penanganan ekstra dari semua pihak. Kementerian Perdagangan akan fokus pada akselerasi peningkatan ekspor nonmigas, termasuk ke pasar-pasar nontradisional,” tegas Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan, dilansir dari laman Kementerian.


Menurut Mendag turunnya ekspor Juni 2023 akibat penurunan harga komoditas dan permintaan negara mitra dagang ekspor Indonesia pada Juni 2023 mencapai USD 20,61 miliar atau turun sebesar 5,08 persen dibanding Mei 2023 (month on month/MoM) dan turun 21,18 persen dari Juni 2022 (year-on-year/ YoY). Ekspor migas dan nonmigas juga mengalami penurunan dengan masing-masing sebesar 3,64 persen (MoM) dan 5,17 persen (MoM).


Pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor di Juni 2023. Sektor pertambangan menjadi sektor yang mengalami penurunan terdalam sebesar 15,30 persen (MoM), disusul sektor pertanian sebesar 7,89 persen (MoM), dan sektor industri pengolahan 2,24 persen (MoM). Penurunan ekspor disebabkan turunnya harga beberapa komoditas unggulan Indonesia di pasar global, di antaranya batu bara (turun 6,78 persen), CPO (turun 3,90 persen), karet (turun 1,52 persen), aluminium (turun 1,58 persen), dan nikel (turun 1,19 persen).


Beberapa produk utama ekspor nonmigas yang mengalami penurunan terdalam pada Juni 2023 antara lain logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) turun 41,41 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) turun 41,33 persen; bijih, terak, dan abu logam (HS 26) turun 34,64 persen; pulp dari kayu (HS 47) turun 26,31 persen; serta tembaga dan barang daripadanya (HS 74) yang turun 21,28 persen MoM.


Di tengah pelemahan ekspor bulan Juni 2023, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan, di antaranya bahan kimia anorganik (HS 28) yang naik 61,58 persen, lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) naik 43,68 persen, ampas/sisa industri makanan (HS 23) naik 41,90 persen, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) naik 11,65 persen, serta besi dan baja (HS 72) naik 7,36 persen MoM.


Menurut Mendag Zulkifli Hasan, ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2023 menunjukkan penurunan pada sebagian besar negara mitra dagang utama. Kontraksi ekspor nonmigas Indonesia terdalam secara bulanan (MoM) terjadi ke Inggris (yang turun 43,76 persen), Jerman (turun 40,79 persen), Turki (turun 21,86 persen), Thailand (turun 21,38 persen), serta Belgia (turun 20,26 persen).
Kondisi ini sejalan dengan tren permintaan dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia yang menurun terhadap pasar global.


Berdasarkan data Tradingeconomics (Juli 2023), tren impor Tiongkok periode Januari 2022--Juni 2023 menunjukkan penurunan sebesar 0,43 persen; kemudian India turun 0,56 persen; Pakistan turun 0,55 persen; Vietnam turun 0,70 persen; dan Korea Selatan turun 1,25 persen.


Ditinjau dari kawasan, pelemahan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Eropa Utara yang turun 45,11 persen, Eropa Timur turun 44,31 persen, dan Karibia turun 21,49 persen (MoM). Di tengah pelemahan ekspor Indonesia ke mayoritas kawasan, beberapa kawasan tujuan ekspor justru mengalami pertumbuhan signifikan, di antaranya Asia Tengah yang naik 139,17 persen, Afrika Selatan naik 115,01 persen, Amerika Tengah naik 81,54 persen, Asia Selatan naik 13,42 persen, dan Asia Barat naik 11,35 persen (MoM).


“Hal ini menunjukkan pasar nontradisional merupakan pasar yang potensial bagi perluasan dan pengembangan ekspor nonmigas Indonesia di tengah pelambatan perekonomian global,” jelas Mendag.(*)