EmitenNews.com - PT HK Metals Utama (HKMU) berencana merestrukturisasi utang. Perseroan memiliki utang telah jatuh tempo senilai USD4,8 juta pada Asian Energy Hydro Power (AEHP). Saat ini, utang tersebut tengah dalam proses usulan restrukturisasi.


Selain utang itu, HK Metals Utama juga mendapat surat peringatan dari kreditur Bank KEB Hana Indonesia pada 4 Februari 2022. Surat peringatan itu, mengenai putusan pailit Ngasidjo Achmad selaku penjamin perorangan untuk HK Metals Utama Rp46 miliar, dan anak usaha yaitu PT Rasa Langgeng Wira Rp24,1 miliar.


Dengan begitu, kedua pinjaman tersebut menjadi jatuh tempo. ”Saat ini, perseroan dan anak usaha tengah dalam proses usulan restrukturisasi,” tutur Direktur Utama HK Metals Utama Muhamad Kuncoro.


HK Metals Utama memiliki keyakinan untuk melakukan restrukturisasi atas kewajiban tersebut. Dan, seluruh kegiatan operasional perseroan masih berjalan baik. HK Utama ditinggal sang pengendali Ngasidjo Achmad melalui PT Hyamn Sukses Abadi (HSA). 


Tahun lalu, HSA masih memegang porsi kepemilikan sekitar 53 persen. Divestasi HSA terjadi secara beriringan dengan perkara PKPU, dan kepailitan yang mendera Ngasidjo Achmad. Ngasidjo sempat mengajukan permohonan PKPU terhadap diri sendiri pada 22 April 2021 secara sukarela.


PKPU itu, diajukan setelah Ngasidjo digugat Maybank Indonesia. Sejalan pengajuan PKPU sukarela itu, Maybank Indonesia mencabut gugatan pada 10 Agustus 2021. Ngasidjo sempat membuat proposal perdamaian, namun kemudian dicabut. Efeknya, Ngasidjo berkewajiban membuat proposal pengganti. Namun, tidak dilakukan sepanjang 270 hari. Akhirnya, pada 26 Januari 2022 pengadilan menjatuhkan vonis pailit. 


Sepanjang 2021, HK Metals Utama mencatat rugi bersih Rp234 miliar. Itu dipengaruhi penurunan pendapatan usaha 30 persen menjadi Rp389,7 miliar, dibanding periode sama 2020 senilai Rp560 miliar. Koreksi itu, dikontribusi segmen trading anjlok 79 persen sebesar Rp50 miliar dengan nilai penjualan Rp13,3 miliar.


Segmen baja ringan turun 43 persen menjadi Rp60 miliar dengan nilai penjualan Rp79,3 miliar, dan aluminium menukik 17 persen sebesar Rp45,7 miliar dengan nilai penjualan Rp218 miliar. Total aset Rp720 miliar, turun 22 persen dibanding 2020 senilai Rp929 miliar. Liabilitas tercatat Rp491 miliar, naik 6 persen dari tahun sebelumnya Rp465 miliar. (*)